Budaya Jadi Alasan Utama Orang Asing Pelajari Bahasa Indonesia

  • Made Yoni

Maddison Bree. (Foto: Maddison Bree/koleksi pribadi)

Penggunaan bahasa Indonesia dan daerah makin marak di kalangan orang asing. Mereka tak segan memamerkan kefasihan berbahasa daerah di media sosial. Bahkan beberapa menjadi selebritas dengan puluhan ribu pengikut. Apa yang mendorong ketertarikan para penutur asing itu dan apa tantangannya?

Maddison Bree atau disapa Maddy adalah perempuan Australia yang sejak kecil telah bermukim dan bersekolah di Bali. Ia mencintai budaya dan fasih berbahasa Indonesia serta daerah.

“Bali itu sudah rumah sendiri. Jadi cinta yang ada untuk Bali dan Indonesia sangat besar,” ujar Maddy.

Miray Karashima, guru tari Jawa di Tokyo, Jepang. (Foto: Miray Karashima/koleksi pribadi)

Miray Karashima, guru tari asal Tokyo, Jepang, awalnya jatuh hati pada budaya Jawa. Ia belajar di ISI Surakarta lalu menikah dengan laki-laki asal Banyumas.

“Kalau mendengarkan saya bisa mengerti, tapi pengucapannya masih sedikit susah untuk bahasa Banyumas,” tutur Miray yang kerap mengunggah aktivitasnya mengajar tari Jawa di Jepang ke media sosial.

“Ya, memang bahasa daerah lebih sulit sekali karena ada tingkatannya,” imbuhnya.

Mempelajari bahasa Indonesia apalagi bahasa daerah tidak mudah bagi Miray dan Maddy. Namun, keinginan untuk bisa berkomunikasi mendorong keduanya untuk mengalahkan rasa minder berbicara dalam bahasa daerah yang kaku.

“Soalnya kalau tidak belajar kan tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh teman-teman sekolah, dan karyawan-karyawan ibu saya di restoran dulu,” ujar Maddy yang sering tampil dalam video-video populer YouTube milik selebritas dan komedian daerah.

Akun Instagram Maddy belakangan makin dibanjiri pesan langsung dari penggemar setelah ikut dalam perang warga asing atau bule berbahasa Bali di media sosial.

Ilham Nurwansah, penutur bahasa Sunda. (Foto: Made Yoni/VOA)

Tren ini tidak lepas dari pengamatan Ilham Nurwansah, penutur bahasa Sunda, yang aktif mendukung pelestarian bahasa-bahasa daerah. Upayanya melestarikan bahasa daerah membuatnya tahun lalu diundang hadir pada pertemuan Wikipedia global di Stockholm, Swedia.

“Saya kira mereka ini harus dianggap sebagai suatu agen, duta budaya Indonesia, secara tidak langsung untuk memperkenalkan budaya daerah. Tetapi di sisi lain mungkin untuk orang-orang di daerah sendiri harus menjadi lebih termotivasi untuk menggunakan bahasa daerahnya,” papar Ilham.

Biyanto Rebin, Ketua Umum Wikimedia Indonesia, mengingatkan bahwa Indonesia secara digital tertinggal dalam upaya meningkatkan penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda, meski jumlah pengakses situs bahasa daerah meningkat.

Ia menyebut hal itu terjadi karena kurangnya materi bacaan berbahasa daerah. Ia mencontohkan, aksara jawa baru bisa diakses secara digital pada sekitar 2015.

Biyanto Rebin, Ketua Umum Wikimedia Indonesia. (Foto: Made Yoni/VOA)

“Teknologi yang seharusnya mampu menampung aspirasi seperti para penutur bahasa daerah ini, jadinya telat,” ujar Biyanto.

Wikimedia Indonesia sendiri punya misi menyebarluaskan pengetahuan, terutama dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, Bali, Banjar dan bahasa daerah lainnya.

Kedua aktivis bahasa ini sepakat, pemerintah perlu melakukan upaya terpadu untuk mengelola pelestarian bahasa daerah, termasuk melembagakan pidato dalam bahasa daerah pada acara-acara di daerah.

Biyanto menambahkan pencitraan bahwa bahasa daerah lebih rendah bisa membuat penggunaannya menurun, bahkan bisa menyebabkan kepunahan bahasa daerah dan budaya.

Your browser doesn’t support HTML5

Budaya, Alasan Utama Warga Asing Pelajari Bahasa Indonesia dan Daerah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan belum lama ini mengumumkan selama satu dekade terakhir saja beberapa bahasa daerah sudah punah.

Indonesia adalah negara kedua dengan bahasa daerah terbanyak di dunia, dengan 700 lebih bahasa daerah. [my/ka]