Bulu Tangkis Olimpiade: Pemain Lama Tersingkir, Wajah Baru Muncul

Pebulutangkis Godwin Olofua dan Anuoluwapo Opeyori dari Nigeria beraksi dalam pertandingan melawan Vladimir Ivanov di ajang Olimpiade. (Foto: Reuters)

Cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2020 selama seminggu terakhir telah menjadi kisah yang penuh kekecewaan, sebagian besar disebabkan oleh kondisi luar biasa yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19.

Banyaknya turnamen internasional yang terlewatkan dan dibatalkan karena pandemi telah mengurangi jumlah poin yang dikumpulkan pemain. Akibatnya, mereka tidak bisa mereka-reka kompetisi. Kondisi tersebut memberi peluang bagi atlet yang lebih muda dan tidak dikenal untuk mengejar prestasi atlet pahlawan mereka.

"Daftar peringkat berada dalam keadaan darurat karena COVID," kata Steen Pedersen, mantan pelatih kepala nasional Denmark. "Mereka tidak yakin di mana posisi lawan mereka."

Pebulutangkis Jepang, Kento Momota, mengembalikan servis dalam sesi latihan di Tokyo, Jepang, 26 Juni 2020. (Foto: AFP)

Salah satu kejutan terbesar dalam sejarah bulu tangkis terjadi pada Rabu (28/7) ketika peringkat nomor satu dunia tunggal putra Kento Momota disingkirkan oleh pemain yang berada 37 peringkat di bawahnya. Sehari kemudian, ganda putra teratas asal Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, tersingkir di perempat final. Begitu pula ganda putri nomor satu dari Jepang, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.

Pada Jumat (30/7), Nozomi Okuhara dari Jepang, yang juga tunggal putri nomor tiga dunia, dikalahkan oleh He Bing Jiao dari China -- yang menduduki peringkat kesembilan -- dalam pertandingan ketat dengan skor 13-21 21-13 21-14.

Selain tersingkirnya Momota di babak awal, salah satu kejutan terbesar di Olimpiade adalah masuknya tunggal putra peringkat 59 dunia, Kevin Cordon dari Guatemala, ke perempat final.

BACA JUGA: Bulu Tangkis Olimpiade: Langkah The Minion Terhenti di Perempat Final

Jumlah kompetisi internasional yang lebih sedikit juga berarti para pemain tidak dapat melihat penampilan lawan, dan hanya bertanding melawan rekan satu tim mereka sendiri yang gayanya membuat mereka nyaman.

"Wild Card"

Beberapa atlet papan atas yang seharusnya bisa bertanding tidak lolos karena COVID-19 menghalangi mereka untuk maju ke turnamen. Ini berarti, ada lebih banyak pemain baru yang belum menunjukkan kebolehannya di lapangan.

Selain kekecewaan, hal ini telah menyebabkan beberapa atlet muda nyaris membukukan kemenangan. Termasuk pada Jumat (30/7), An Se-young yang berusia 19 tahun, nyaris mengalahkan Chen Yu Fei, 23 tahun, tunggal putri nomor dua dunia dari China.

"Setiap pemain dan tim terkena dampak yang berbeda karena COVID-19, dan beberapa (merasakan dampaknya) lebih dari yang lain," kata Thomas Lund, Sekretaris Jenderal Federasi Bulu Tangkis Dunia. [ah/au/ft]