Dengan satu dari lima orang dewasa masih merokok, pemerintah Amerika Serikat minggu lalu mengumumkan akan segera mengharuskan semua bungkus rokok untuk mencantumkan gambar peringatan kesehatan yang mengerikan. Tapi, bahkan dengan peringatan baru ini, banyak pria yang mengaku sulit menghentikan kebiasaan merokok.
Seorang perokok, Mil Arcega, mengatakan berhenti merokok adalah salah satu hal yang paling sulit dilakukan. Arcega mulai merokok sejak berusia 16 tahun dan sudah beberapa kali berusaha berhenti tapi tidak berhasil. Ini dialami banyak orang.
Rokok dapat menyebabkan 10 jenis kanker, termasuk kanker paru-paru. Sekarang, satu lagi jenis kanker ditambahkan ke dalam daftar yang panjang itu.
Stacey Kenfield adalah pemimpin studi yang melibatkan lebih dari 5.000 pria yang didiagnosa berkanker prostat. Ia mengatakan, perokok beresiko menderita kanker prostat. Para periset mengikuti para perokok selama 20 tahun.
Yang mereka dapati adalah pria yang masih merokok memiliki resiko 61 persen lebih tinggi meninggal akibat kanker prostat, dan jika mereka sebelumnya selamat dari penyakit tersebut, kemungkinan untuk muncul kembali 61 persen lebih tinggi, dibanding pria yang tidak pernah merokok.
Merokok juga dikaitkan dengan penyakit yang lebih agresif pada saat didiagnosa. Para perokok yang kankernya belum menyebar pada saat didiagnosa, memiliki resiko meninggal akibat kanker prostat 80 persen lebih tinggi.
Menurut Kenfield, pesannya adalah pria harus berhenti merokok untuk meningkatkan kemungkinan selamat jika terkena kanker prostat. Bagi mereka yang berhenti, studi tersebut mendapati beberapa hasil yang menjanjikan. "Pria yang berhenti merokok sedikitnya 10 tahun sebelum didiagnosa berkanker prostat memiliki resiko kambuh dan kematian yang serupa dengan mereka yang tidak pernah merokok," papar Kenfield.
Para periset mengatakan temuan tersebut menggembirakan karena masih sedikit yang diketahui tentang cara mengurangi resiko pria meninggal akibat kanker prostat. Tapi bagi perokok berat, studi itu mendapati dampak yang kecil.
Arcega mengatakan, "Saya pikir di permukaan kita selalu memperhatikan studi yang menunjukkan kita akan mati karena merokok, kita semua sudah tahu itu. Tapi, kita mencari cara untuk membenarkan bahwa kita tidak akan menjadi salah seorang yang menderita penyakit tertentu."
Studi yang mengaitkan kebiasaan merokok dengan kanker prostat ini dimuat dalam Journal of the American Medical Association.