Buntut Rencana Kesepakatan EU-Mercosur, Petani Prancis Ancam ‘Rusuh’

Petani Prancis dari Coordination Rurale membuang lumpur dan limbah di depan Prefektur Haute-Vienne di Limoges, Prancis, memprotes prospek perjanjian perdagangan antara Uni Eropa dan negara-negara Amerika Latin (Mercosur), 19 November 2024. (Stephane Mahe/REUTERS)

Petani Prancis, Selasa (19/11) memblokir jalan tol utama di perbatasan dengan Spanyol dan berjanji untuk menabur "kekacauan" dalam memprotes pakta perdagangan yang diusulkan antara Uni Eropa dan empat negara Amerika Selatan.

Pemerintah Prancis kini tengah memimpin perlawanan terhadap ratifikasi perjanjian perdagangan dengan blok Mercosur yang terdiri dari Argentina, Brazil, Paraguay, dan Uruguay, yang akan menciptakan zona perdagangan bebas terbesar di dunia.

Gelombang aksi baru ini datang setelah sebelumnya para petani di seluruh Eropa, termasuk Prancis, berunjuk rasa pada musim dingin lalu atas daftar panjang persoalan yang disebut menekan pendapatan mereka.

Menurut seorang jurnalis kantor berita AFP, puluhan petani yang didukung oleh Coordination Rurale (CR), sebuah serikat petani garis keras, mendirikan blokade di jalan tol A9 di kota Le Boulou, dekat perbatasan Spanyol, dan memblokir truk tetapi mengizinkan mobil lewat.

"Kami akan memblokir A9, serta depot bahan bakar, pelabuhan, dan pusat perbelanjaan," kata Serge Bousquet-Cassagne, perwakilan CR di barat daya.

"Kami ingin menyebabkan kekacauan dan kekurangan pangan," tambahnya, menyebutkan bahwa blokade bisa berlangsung beberapa hari, menunjuk pada "aliran buah dan sayuran yang datang dari Spanyol."

Jalan tol A9 adalah rute perdagangan penting antara Semenanjung Iberia dan seluruh Eropa. Di kota Agen, para demonstran menumpuk ban di depan prefektur tersebut.

Petani Prancis dari Coordination Rurale membuang tumpukan ban di depan Prefektur Haute-Vienne, di Limoges, Prancis, memprotes prospek perjanjian perdagangan antara Uni Eropa (UE) dan negara-negara Amerika Latin (Mercosur), 19 November 2024. (Stephane Mahe/REUTERS)

FNSEA dan Jeunes Agriculteurs ("Petani Muda"), serikat yang lebih moderat dan bersama-sama mewakili sebagian besar petani di Prancis, juga mendukung protes tersebut.

Menurut otoritas, puluhan aksi unjuk rasa berlangsung tepat sebelum tengah hari, mengumpulkan hampir 900 petani dan lebih dari 300 peralatan pertanian.

Pada hari Senin (18/11), para petani menggelar lebih dari 80 demo di seluruh negeri, mendirikan tiang gantungan tiruan dan salib kayu untuk melambangkan kematian pertanian Prancis.

Mereka juga memblokir Jembatan Eropa, yang menghubungkan Prancis dan Jerman, untuk memprotes rencana Komisi Eropa menyelesaikan perjanjian Mercosur setelah dua dekade pembahasan. Di Bordeaux, di tepi Sungai Garonne, puluhan petani membakar tanaman anggur yang dicabut pada Senin malam.

Selalu Sulit

Kelas politik Prancis secara luar biasa bersatu dalam menentang kesepakatan Mercosur.

Pada hari Selasa, juru bicara pemerintah Maud Bregeon mengatakan bahwa pemerintah akan mengusulkan debat parlemen yang diikuti dengan pemungutan suara, untuk "memperkuat posisi presiden dan perdana menteri." Bregeon mengatakan pemerintah akan "terus berjuang selama diperlukan" dengan Komisi Eropa untuk menentang perjanjian tersebut.

Serikat petani Prancis unjuk rasa menentang perjanjian Mercosur di Limoges, Prancis, 19 November 2024. (Stephane Mahe/REUTERS)

Para petani Prancis mengeluhkan birokrasi yang berlebihan, pendapatan rendah, dan panen yang buruk. Mereka mengatakan telah menunggu pihak berwenang untuk memenuhi janji dukungan yang dibuat pemerintah sebelum Presiden Emmanuel Macron membubarkan majelis rendah parlemen musim panas lalu, yang memicu krisis politik. Pakta Mercosur yang diusulkan pun memicu kemarahan baru.

Petani khawatir setiap kesepakatan akan membuka pasar Uni Eropa bagi daging dan produk yang lebih murah dari pesaing Amerika Selatan, yang tidak dipaksa mematuhi aturan ketat UE tentang pestisida, hormon, penggunaan lahan, dan langkah-langkah lingkungan.

Cyriac Blanchet (18), petani generasi ketiga di kota Monsegur, mengatakan bahwa tidak ada kemajuan sejak aksi protes pada musim dingin lalu. "Ini selalu menjadi lebih rumit, selalu sulit, saya tidak ingin melakukannya lagi, ini membuat saya muak," kata Blanchet.

Macron mengatakan pada hari Senin bahwa Prancis tidak sendirian dalam menentang kesepakatan tersebut.

"Bertentangan dengan apa yang banyak orang pikirkan, Prancis tidak terisolasi dan beberapa negara bergabung dengan kami," kata Macron di Brasil, di mana ia menghadiri KTT G20.

Dia mengatakan perjanjian itu telah digodok selama beberapa dekade dan "berdasarkan prasyarat yang sekarang sudah usang." [th/ab]