Sudah sejak lama Twitter menjadi cara masyarakat memonitor informasi tornado, keterlambatan perjalanan kereta, informasi berita atau peringatan tindak criminal dari dinas kepolisian setempat.
Namun ketika platform yang dimiliki oleh miliarder Amerika, Elon Musk, menghapus centang biru verifikasi dari akun-akun yang tidak membayar biaya bulanan, banyak lembaga publik dan organisasi-organisasi di dunia yang terpaksa mencari cara untuk untuk menunjukkan bahwa mereka bisa dipercaya dan untuk menghindari penipu.
Para pengguna Twitter papan atas yang kehilangan centang biru pada Kamis (20/4), termasuk penyanyi Beyoncé, Paus Fransiskus, Oprah Winfrey dan mantan presiden Donald Trump. Namun, centang biru juga dihapus dari akun sistem transit mulai dari San Francisco hingga Paris, taman nasional seperti Yosemite, situs resmi pelacak cuaca dan dari akun milik sejumlah pejabat terpilih.
Twitter memiliki sekitar 400 ribu pengguna terverifikasi dengan sistem centang biru. Di masa lalu, centang biru itu menandakan Twitter sudah memverifikasi bahwa para pengguna itu sesuai dengan seperti yang mereka klaim.
Twitter sedang menawarkan centang emas untuk “organisasi terverifikasi” dan centang abu-abu untuk organisasi pemerintah dan afiliasinya. Namun, masih tidak jelas mengapa beberapa akun memiliki centang-centang itu pada Jumat (21/4) dan akun lainnya tidak.
Akun-akun palsu yang mengklaim bahwa mereka mewakili Wali Kota Chicago Lori Lightfoot, Dinas Transportasi Chicago, dan Dinas Transportasi Illinois mulai membagikan pesan palsu pada Jumat (21/4) yang mengabarkan Lake Shore – jalan protokol di Chicago – akan tertutup bagi lalu lintas pribadi mulai bulan depan.
Pemerhati yang kritis bisa langsung mendeteksi tanda-tana pemalsuan. Alamat situs web sedikit berbeda dengan akun asli milik Lightfoot dan dinas trasportasi. Akun palsu juga punya jumlah pengikut yang jauh lebih sedikit dibanding akun asli. Namun, akun-akun palsu menggunakan foto-foto yang sama, informasi biografi and tautan-tautan layaknya akun asli.
Akun-akun asli milik Lightfoot dan dinas transportasi tidak memiliki centang biru maupun centang abu-abu pada Jumat (21/4). Kantor Lightfoot mengatakan pemerintah kota mengetahui keberadaan akun-akun palsu itu dan “bekerja dengan Twitter untuk menyelesaikan masalah ini.” Setidaknya satu akun sudah dihentikan pada Jumat.
Sejumlah lembaga mengatakan menunggu kejelasan dari Twitter yang sudah memangkas karyawan besar-besaran sejak Musk membeli perusahaan di San Francisco itu senilai $44 miliar tahun lalu. Kesimpangsiuran itu memicu kekhawatiran bahwa Twitter bisa kehilangan statusnya sebagai platform untuk mendapat informasi yang akurat dan terbaru dari sumber otentik, termasuk sumber-sumber untuk kegawatdaruratan.
Ketika tornado akan melanda New Jersey awal bulan ini, akun utama untuk informasi tornado dikelola oleh cabang Dinas Cuaca Nasional (National Weather Service/NWS) di Mount Holly, New Jersey. Akun NSW cabang New Jersey sebelumnya memiliki centang biru, tapi sekarang sudah dihapus. Namun, akun utama NSW dan beberapa akun milik kantor cabang NSW kini menggunakan centang abu-abu yang menandakan akun asli.
Biaya untuk menggunakan centang biru itu bervariasi mulai dari $8 atau sekitar Rp 119.500 per bulan untuk pengguna perorangan hingga $1.000 atau sekitar Rp 14 jutaan per bulan untuk memverifikasi sebuah organisasi ditambah $50 atau sekitar Rp 748.000 per bulan untuk setiap afiliasi atau akun karyawan.
“(Twitter) menjadi sistem yang membuat mereka yang memiliki kemampuan paling besar secara ekonomi untuk berpartisipasi dalam sistem bayar-untuk-bermain naik ke puncak,” kata Brooke Erin Duffy, profesor di Universitas Cornell yang mempelajari media sosial.
Dia menambahkan meski banyak perdebatan tentang apa arti kurasi algoritma untuk bagaimana masyarakat memandang informasi di media sosial versus linimasa kronologi sederhana, sistem centang biru Twitter memperkenalkan kategori ketiga, yaitu “kurasi ekonomi.”
Penghapusan sistem verifikasi yang lama, kata Duffy, “esensinya melucuti idealisme jurnalistik mengenai legitimasi dan kewenangan, tapi pada saat yang sama memperkuat status Twitter sebagai platform bayar-untuk-bermain.” [ft]