Bursa kripto Jepang DMM Bitcoin mengatakan kehilangan bitcoin senilai sekitar $300 juta atau Rp4,9 triliun akibat "kebocoran ilegal" dari dompet digital mereka.
"Kami masih menyelidiki kerugian secara terperinci," demikian pernyataan mereka setelah mendeteksi "kebocoran tidak sah" sekitar pukul 13.26 waktu setempat pada Jumat.
“Kami telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah kebocoran yang tidak sah, kami juga telah menerapkan pembatasan penggunaan beberapa layanan untuk memastikan keamanan tambahan,” kata bursa tersebut.
DMM Bitcoin tidak memberikan perincian tentang "kebocoran" tersebut, tetapi firma analisis mata uang kripto global, Chainalysis, mengatakan itu adalah salah satu peretasan kripto terbesar.
“Peretasan hari ini terhadap bursa Jepang DMM Bitcoin senilai $305 juta adalah peretasan terbesar sejak Desember 2022 dan peretasan kripto terbesar ke-7 yang pernah ada,” kata Chainalysis dalam postingan di platform media sosial X. Ia mengatakan pihaknya melabeli dana tersebut sebagai “dicuri”.
BACA JUGA: Terbukti Bersalah, Bos Kripto Bankman-Fried Divonis 25 Tahun PenjaraDMM Bitcoin mengatakan jumlah "kebocoran" itu sekitar 48,2 miliar yen atau Rp4,9 triliun, yang setara dengan 4.502,9 bitcoin.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa "semua deposit Bitcoin (BTC) dari pelanggannya akan sepenuhnya dijamin" dengan dukungan dari perusahaan-perusahaan grupnya.
Badan Layanan Keuangan Jepang telah memerintahkan perusahaan untuk menyelidiki penyebab insiden tersebut dan melindungi pelanggan dari kerugian, sementara polisi mulai menyelidiki kasus tersebut, lapor harian bisnis Nikkei.
Walaupun semakin populer, mata uang kripto memiliki sejarah skandal dan penurunan harga yang drastis.
Pada 2014, sekelompok pencuri mencuri 850.000 bitcoin dari bursa Jepang Mt. Gox, yang pada saat itu memiliki nilai sekitar $470 juta.
Bursa kripto Jepang lainnya, Coincheck, diretas hampir sebesar $500 juta pada 2018. [ah/ft]