Cambridge Analytica Berperan dalam Beberapa Pemilu Afrika

Para pejalan kaki melintas gedung tempat kantor Cambridge Analytica di tengah Kota London, 20 Maret 2018.

Jauh sebelum peran kontroversialnya dalam pemungutan suara Brexit dan pemilihan presiden Amerika Serikatpada 2016, Cambridge Analytica telah memengaruhi pemilu di Afrika.

Perusahaan penambangan data itu, dikecam atas dugaan menggunakan 50 juta akun Facebook untuk membentuk pesan-pesan kampanye bagi kandidat Donald Trump ketika itu, dan berperan dalam pemilu di Kenya dan Nigeria, menurut sebuah laporan baru.

Keterlibatan pertama perusahaan itu di Afrika dimulai pada pemilu di Afrika Selatan pada 1994. Pemilihan itu menandai berakhirnya era apartheid dan membawa Nelson Mandela ke kursi kepresidenan.

“Pemilu Afrika Selatan 1994 diperkirakan akan diwarnai kekerasan yang menelan banyak korban jiwa,” kata Martin Plaut, dari Institut Kajian Persemakmuran Universitas London kepada VOA. Partai Kebebasan Inkatha, yang mewakili kelompok etnis terbesar Zulu, belum berdamai dengan Kongres Nasional Afrika. Ditengah-tengah perpecahan yang sebagian dikobarkan oleh rezim lama, tambah Plaut, ratusan orang tewas menjelang pemilu.

Salah satu partai politik, yang tidak disebut tetapi kemungkinan ANC, membayar Cambridge Analytica untuk memitigasi kekerasan pemilu, menurut situs web perusahaan Cambridge Analytica. Peran Cambridge Analytica belum dipastikan secara independen, tetapi kekerasan mereda selama dan setelah pemilu yang berakhir dengan kemenangan Mandela dan ANC.[my/ds]