Camilan Sederhana Beri Asa Bagi Perempuan Penyintas Bencana Sulteng

  • Yoanes Litha

Para perempuan mempraktikkan cara membuat camilan kacang sembunyi dalam kegiatan pelatihan keterampilan di Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu, 18 September 2019. (Foto: Yoanes Litha/VOA)

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bekerja sama dengan dunia usaha memberikan pelatihan membuat berbagai camilan sederhana namun menguntungkan untuk para perempuan penyintas bencana di Sulawesi Tengah.

Tak mudah bagi Ardianti Husin untuk bertahan hidup di lokasi hunian sementara (huntara) setelah bencana likuefaksi memorak-porandakan rumahnya di Kelurahan Petobo, di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Untuk menyambung hidup di huntara, ibu rumah tangga berusia 33 tahun itu berjualan keripik pisang dan ubi kayu.

Tapi kini Ardianti berharap kehidupan ekonominya bisa membaik berbekal keterampilan baru membuat camilan, seperti lumpia, kacang tersembunyi, dan stik pisang. Keterampilan itu didapat Ardianti dari mengikuti pelatihan yang menjadi bagian kegiatan Palu Pulih untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak di Wilayah Pascabencana Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Rabu (18/9), bersama seratus perempuan lainnya, yang kebanyakan ibu rumah tangga, Ardianti antusias mengikuti pelatihan yang digelar di bangunan serba guna hunian sementara Petobo. Mereka dibimbing oleh Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).

“Kacang sembunyi dari kulit lumpia itu saja saya baru tahu kalau begitu bahannya sangat praktis. Kalau yang saya tahu kan pakai gilingan apa, itu kan ribet,” ungkap Ardianti.

BACA JUGA: LIBU Perempuan: 33 Kasus Kawin Anak Pasca Bencana di Sulteng

Tak hanya belajar membuat camilan, para peserta pelatihan seperti Ardianti, juga diajarkan cara mengemas agar produk makanan tahan lama, menjual produk dengan harga terjangkau, dan bagaimana menarik minat pembeli dengan memanfaatkan media sosial.

Kegiatan yang diikuti Ardianti adalah satu dari banyak aktivitas Palu Pulih yang dilaksanakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bekerja sama dengan Lembaga Profesi, Dunia Usaha serta Organisasi Kemasyarakatan dan Keagamaan.

“Kami hadir disini karena kami sangat peduli dengan saudara-saudara kami yang ada di Palu, di Petobo. Kami sangat berharap kehadiran kami dapat sedikit menghibur dan mengurangi beban berat yang bapak ibu di sini pikul,” ujar Sri Prihantini Lestari Wijayanti, Asisten Deputi Partisipasi Lembaga Profesi dan Dunia Usaha, Kementerian PPPA.

Kegiatan bermain ular tangga oleh anak-anak di kompleks hunian sementara (huntara) di Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, 18 September 2019. (Foto: Yoanes Litha/VOA)

Nur Rahma dari IWAPI Sulawesi Tengah berharap pelatihan itu bisa mendorong perempuan, khususnya ibu rumah tangga, untuk berwirausaha sehingga dapat membantu perekonomian keluarga mereka yang saat ini berada di lokasi-lokasi pengungsian.

“Tadinya kita mau membuat olahan roti. Tapi mengingat peralatan mereka yang sangat minim, kami mengolah camilan yang sederhana tetapi jangkauan penjualannya lebih cepat dan lebih bagus,” papar Nur Rahma, perempuan berusia 41 tahun, yang juga pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Kota Palu.

Your browser doesn’t support HTML5

Camilan Sederhana Beri Asa Bagi Perempuan Penyintas Bencana Sulteng

“Harapannya para perempuan pengungsi korban bencana bisa memperbaiki kondisi ekonominya dengan produk-produk yang sederhana tapi menguntungkan,” jelas Nur Rahma di sela-sela kegiatan pelatihan itu.

Nur Rahma berharap pemerintah Kota Palu dan Provinsi Sulawesi Tengah dapat membantu pengembangan usaha perempuan penyintas bencana dengan menjadikan mereka sebagai kelompok UKM binaan pemerintah melalui dinas atau instansi terkait.

Pengangguran

Berbicara kepada wartawan, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengakui penggangguran agak meningkat sejak bencana gempa bumi berkekuatan lebih dari 7 SR disusul tsunami dan likuefaksi yang mengguncang Palu, Sigi dan Donggala, pada 28 September 2018.

Karena itu, dia mengakui, pihaknya memerlukan dukungan banyak pihak untuk melakukan kegiatan-kegiatan pemberdayaan agar warga terdampak bencana yang kehilangan mata pencaharian bisa berwirausaha secara mandiri, sesuai dengan bakat dan keterampilan yang mereka miliki.

BACA JUGA: BPTP Dorong Petani Sulteng Garap Lahan yang Dirusak Gempa Melalui Tumpang Sari

“Peningkatan (pengangguran) itu disebabkan karena hilangan lapangan pekerjaan. Banyak usaha-usaha, banyak lapangan pekerjaan yang tutup, misalnya contoh perhotelan-perhotelan, itu bubar. itu ribuan tenaga kerjanya,” ujar Longki Djanggola.

Selain pelatihan keterampilan berwirausaha bagi perempuan, kegiatan Palu Pulih untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak di Wilayah Pasca Bencana’ Kota Palu, Sulawesi Tengah itu juga memberikan Pelayanan/Konseling bagi masyarakat penyintas bencana di bidang kesehatan dan hukum, papar Sri Prihantini.

Kegiatan di bidang kesehatan antara lain,mini workshop terkait isu kesehatan, sosial, hukum, psikologi serta layanan pendidikan bagi anak. [yl/ft]