Capres Tunisia yang Gay Dapat Ancaman dari Ekstremis

Aktivis LGBT Tunisia, Mounir Baatour, memegang bendera pelangi setelah mendaftarkan pencalonannya sebagai capres dalam pilpres di Tunis, Tunisia, 8 Agustus 2019. (Foto: AP)

Seorang pengacara HAM gay yang mencalonkan diri untuk menjadi presiden Tunisia mengatakan ia telah mendapat berbagai ancaman dari kelompok-kelompok radikal Islam.

Mounir Baatour, pendiri Partai Liberal Tunisia bertekad akan menciptakan keadilan dan persamaan hak bagi semua warga dalam negara yang penduduknya mayoritas Islam itu. Mounir menjadi capres gay pertama di Tunisia.

“Saya telah mendapat sejumlah ancaman setelah saya mengumumkan pencalonan saya sebagai presiden,” kata Baatour kepada VOA.

Kebanyakan ancaman itu datang dari ekstremis perorangan, tapi tidak ada partai politik yang menentang pencalonan saya, tambahnya.

Pemilihan presiden Tunisia akan diadakan bulan November setelah pemilihan anggota DPR bulan Oktober. Kedua pemilihan itu diperkirakan akan berlangsung ketat antara kelompok-kelompok Islam dan sekuler, termasuk dua partai terbesar, partai Islam Ennahda dan partai sekuler Nidaa Tounes.

“Selama bertahun-tahun saya telah memperjuangkan HAM, khususnya hak-hak kaum LGBT, tapi tanpa hasil yang berarti. Itulah sebabnya saya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai presiden supaya saya bisa mengadakan perubahan yang positif bagi kebebasan perorangan dan hak-hak kelompok minoritas,” kata Baatour yang secara terbuka mengakui bahwa ia gay. [ii/ft]