Para pejabat kesehatan federal AS pada Kamis (7/11) menyerukan tes lebih lanjut bagi pekerja peternakan yang terjangkit flu burung, setelah penelitian baru menunjukkan bahwa beberapa pekerja peternakan sapi perah menunjukkan gejala-gejala terjangkit meskipun mereka tidak melapor mereka merasa sakit.
Para pekerja peternakan yang melakukan kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi harus dites dan diberi pengobatan meskipun mereka tidak menunjukkan gejala, kata Dr. Nirav Shah, direktur utama di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Pedoman baru itu muncul setelah tes darah terhadap 115 pekerja pertanian di Michigan dan Colorado menunjukkan bahwa delapan orang – atau 7% - memiliki antibodi yang mengindikasikan mereka sebelumnya terinfeksi virus yang dikenal sebagai influenza Tipe A H5N1.
BACA JUGA: Amerika Deteksi Kasus Flu Burung Pertama pada Babi“Tujuan tindakan ini adalah menjaga keselamatan pekerja, membatasi penularan H5 ke manusia dan untuk mengurangi kemungkinan virus itu berubah,” kata Shah kepada wartawan.
Penelitian CDC memberi jendela informasi terbesar hingga saat ini mengenai bagaimana virus flu burung yang pertama kali terdeteksi pada sapi perah pada Maret lalu bisa menular ke manusia. Penelitian itu menunjukkan bahwa virus itu telah menular ke lebih banyak lagi orang di luar 46 pekerja pertanian yang teridentifikasi di AS hingga Kamis. Hampir semuanya melakukan kontak dengan sapi perah atau unggas yang terinfeksi.
Pakar di luar CDC mengatakan jelas studi tersebut mendorong CDC untuk mengambil langkah baru. Rekomendasi sebelumnya menyerukan tes dan perawatan bagi para pekerja hanya jika mereka memiliki gejala terjangkit.
“Ini adalah langkah signifikan ke arah penilaian bahwa virus H5N1 memiliki risiko lebih besar daripada yang diperkirakan CDC sebelumnya,” kata Dr. Gregory Gray, peneliti penyakit menular di University of Texas Medical Branch di Galveston.
Setiap infeksi tambahan pada hewan atau manusia memberi virus itu kesempatan untuk berubah dengan cara yang kemungkinan berbahaya, kata Angela Rasmussen, pakar virus di University of Saskatchewan di Kanada.
“Ini kembali menunjukkan bahwa kita tidak merespons secara efektif wabah H5N1 sapi pada manusia atau hewan dan jika kita terus membiarkan virus ini menyebar dan berpindah dari satu spesies ke spesies lainnya, keberuntungan kita pada akhirnya akan habis,” kata Rasmussen dalam emailnya.
BACA JUGA: Inggris Catat Dua Kasus Mpox, Penularan Lokal Pertama di Eropa: WHOPenelitian CDC melibatkan 45 pekerja di Michigan dan 70 orang di Colorado yang dites antara Juni dan Agustus lalu. Dari delapan pekerja yang tes darahnya positif, empat tidak menunjukkan gejala. Kedelapan pekerja itu bertugas membersihkan tempat pemerahan susu dan tidak seorang pun yang menggunakan perlindungan pernapasan seperti masker. Tiga orang di antaranya mengatakan mereka menggunakan pelindung mata.
Virus dalam kadar tinggi telah ditemukan di susu sapi yang terinfeksi, meningkatkan risiko terpapar dan infeksi, kata para peneliti.
Para peneliti mengatakan upaya untuk memantau kesehatan para pekerja di peternakan sapi perah terhambat oleh beberapa hal, di antaranya keengganan pemilik peternakan serta pekerjanya untuk menjalani tes darah.
Virus itu dikonfirmasi keberadaannya di sedikitnya 446 kawanan ternak di 15 negara bagian. Pekan lalu, Departemen Pertanian mengatakan seekor babi di peternakan di Oregon dikukuhkan mengidap flu burung. Itu adalah pertama kalinya virus tersebut dideteksi pada babi di AS. [uh/ns]