Pihak berwenang di Pakistan pada Minggu (4/9) menjebol danau air tawar terbesar di negara itu, menggusur hingga 100.000 orang dari rumah mereka untuk menyelamatkan daerah-daerah yang lebih padat penduduknya dari genangan banjir.
Rekor hujan dan gletser yang mencair di pegunungan utara Pakistan telah mengakibatkan banjir yang menimbulkan dampak pada 33 juta orang. Sedikitnya 1.290 orang telah meninggal dunia, termasuk 454 anak-anak. Banjir, yang diduga akibat perubahan iklim, masih terus meluas.
Menteri Urusan Irigasi Sindh Jam Khan Shoro mengatakan Danau Manchar, yang selama ini digunakan untuk menyimpan air tawar, telah mencapai titik berbahaya, di mana peningkatan tekanan pada danau itu akan mengancam daerah-daerah di sekitar Provinsi Sindh, di selatan negara itu.
Pihak berwenang akan menjebol danau itu di lima titik untuk mengurangi tekanan. Sekitar 100.000 orang akan terdampak langkah itu, tetapi hal tersebut akan membantu menyelamatkan lebih banyak kelompok penduduk dan membantu mengurangi ketinggian banjir di daerah-daerah lain yang terdampak lebih parah.
Shoro mengatakan kepada Reuters, “dengan menjebol danau ini, kami mencoba menyelamatkan kota Sehwan. Ketinggian air di kota Jobi dan Mehar, yang terletak di distrik Dadu, juga akan berkurang.”
Tidak jelas berapa banyak dari 100.000 orang itu yang telah diminta meninggalkan rumah mereka, dan berapa banyak yang benar-benar melakukannya.
Selain curah hujan terbesar dalam sejarah, bagian selatan Pakistan juga menghadapi peningkatan banjir saat arus air mengalir Sungai Indus.
Pada kuartal Agustus ini, Pakistan telah diselimuti curah hujan tiga kali lipat lebih tinggi dibanding rata-rata 30 tahun, dengan total 390,7 milimeter atau sekitar 15,38 inci. Provinsi Sindh yang berpenduduk 50 juta jiwa adalah yang paling terpukul, di mana guyuran hujan 464% lebih banyak dibanding rata-rata 30 tahun. [em/jm]