CEO Facebook Mark Zuckerberg meminta maaf atas kebocoran data pribadi jutaan pengguna, sebelum dia memberikan kesaksian tentang skandal itu di hadapan anggota parlemen yang dijadwalkan pada Selasa (10/4).
Zuckerberg mengatakan dalam kesaksian tertulis kepada anggota parlemen pada, Senin (9/4), bahwa jaringan media sosial seharusnya berbuat lebih banyak untuk mencegah penyalahgunaan data para penggunanya.
"Kami tidak punya pandangan yang cukup luas tentang tanggung jawab kami, dan itu adalah kesalahan besar. Itu adalah kesalahan saya, dan saya minta maaf," kata Zuckerberg.
Zuckerberg akan memberikan kesaksian secara terbuka Selasa dan Rabu di depan dua komisi Kongres.
Dalam pernyataannya kemarin, Zuckerberg mengatakan Facebook telah mulai memberi tahu 87 juta penggunanya apakah data pribadi mereka dicuri oleh Cambridge Analytica, perusahaan pemantau kegiatan pemilih Inggris yang disewa oleh kampanye pemilihan presiden Donald Trump untuk menarget para pendukung dalam pemilihan presiden tahun 2016.
Facebook yakin sebagian besar pengguna yang terkena dampak, lebih dari 70 juta, berada di Amerika Serikat, tetapi juga ada lebih dari satu juta orang masing-masing di Filipina, Indonesia dan Inggris.
Facebook mengatakan telah mengizinkan seorang periset Inggris untuk menciptakan aplikasi di Facebook. Pada aplikasi tersebut, sekitar 200.000 pengguna mengungkapkan informasi pribadi. Informasi pribadi ini kemudian oleh Alexsandr Kogan diberikan kepada Cambridge Analytica. Tetapi jumlah pengguna Facebook yang terpengaruh berlipat ganda karena data yang dikumpulkan dari semua teman, kerabat dan kenalan dari 200.000 pengguna Facebook tersebut.
Cambridge Analytica mengatakan hanya memiliki data untuk 30 juta pengguna Facebook. [sp/ii]