Pemimpin situs berita online Filipina yang sering mengkritik Presiden Rodrigo Duterte muncul di Pengadilan Banding Pajak, Kamis (4/3), untuk menghadapi empat tuduhan penggelapan pajak dan tidak mengajukan laporan pengembalian pajak yang akurat.
CEO dan Editor Eksekutif Rappler Maria Ressa, yang bekerja untuk CNN dan menjadi salah seorang yang terpilih sebagai Persons of the Year majalah Time pada 2018, mengatakan di luar pengadilan bahwa pemerintah telah mengajukan sepuluh surat perintah penangkapan terhadapnya dalam waktu kurang dari dua tahun.
BACA JUGA: Jurnalis Filipina Menyatakan Tak Bersalah Atas Tuduhan Hindari Pajak
Ressa mengatakan, ia mengimbau pemerintah untuk menghormati pekerjaan jurnalis. “Kami di sini untuk bekerja dengan Anda, dan Anda ingin kami melakukannya, karena dengan bersama-sama kita dapat menemukan jalan yang benar ke depan. Biarkan wartawan melakukan pekerjaan mereka dan jurnalisme bukanlah kejahatan," katanya.
Tahun lalu, pengadilan Manila memutuskan Ressa dan seorang mantan reporter Rappler bersalah karena mencemarkan nama baik seorang pengusaha kaya.
Ressa dijatuhi hukuman hingga enam tahun penjara tetapi pengacaranya mengatakan hukuman penjara dan hukuman lain yang dijatuhkan tidak dapat ditegakkan kecuali semua banding ditolak.
Duterte dan sejumlah pejabat Filipina lainnya mengatakan pengaduan pidana terhadap Ressa dan Rappler bukanlah masalah kebebasan pers tetapi bagian dari prosedur peradilan yang timbul dari pelanggaran-pelanggaran hukum. [ab/uh]