China, Rabu (3/2), mengumumkan rencana untuk memberikan 10 juta dosis vaksin virus corona kepada negara-negara berkembang melalui prakarsa COVAX global.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin mengatakan China menanggapi permintaan WHO yang menyatakan bahwa banyak negara berkembang yang berusaha untuk mengatasi kekurangan vaksin yang diperkirakan berlangsung hingga Maret.
COVAX, yang dikoordinasikan oleh WHO dan sejumlah lembaga internasional lainnya, berupaya memastikan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki cukup vaksin virus corona, mengingat negara-negara kaya telah terlebih dahulu memesan jutaan dosis.
“Kami berharap negara-negara yang memiliki kemampuan segera bertindak, mendukung COVAX melalui tindakan-tindakan praktis, meringankan pekerjaan WHO, membantu negara-negara berkembang mendapatkan vaksin secara tepat waktu dan berkontribusi pada masyarakat internasional dalam usaha menanggulangi pandemi sedini mungkin, '' kata Wang pada konferensi pers harian.
China telah mengirimkan sejumlah besar vaksin yang dikembangkan di dalam negeri ke negara-negara berkembang, dan WHO sedang dalam proses untuk menyetujui penggunaan darurat vaksin China itu.
Langkah China ini dipandang banyak pihak sebagai upaya untuk mendongkrak reputasi negara itu di tengah kekhawatiran atas pengaruh militer dan ekonominya yang kian meluas dan kesediaannya untuk menggunakan pengaruh politiknya untuk mempertahankan apa yang dianggapnya sebagai kepentingan utama.
China juga sedang berusaha menepis kecaman bahwa negara itu keliru menangani COVID-19 setelah kasus pertama terdeteksi di kota Wuhan, China Tengah pada akhir 2019. Sebuah tim ahli WHO saat ini berada di kota itu untuk mengumpulkan data untuk mencari petunjuk tentang asal virus dan cara penyebarannya ke seluruh dunia.
BACA JUGA: Studi: Bagaimana Mutasi Covid-19 Bisa Mempengaruhi VaksinChina menyebut virus itu sebagai tantangan bersama yang dihadapi umat manusia dan bahkan mempertanyakan asal-usulnya.
Sebelumnya, ketika pandemi menyebar ke seluruh dunia, pihaknya mengirim tim medis dan pasokan ke negara-negara yang terkena dampak dan menandatangani perjanjian dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Filipina untuk memberikan akses prioritas kepada salah satu kandidat vaksinnya.
Sementara vaksin China dianggap sebagai alternatif yang lebih murah dan mungkin lebih banyak, sejumlah pihak lain juga ikut berpartisipasi menanggulangi kebutuhan vaksin. Pfizer bulan lalu berkomitmen untuk memasok hingga 40 juta dosis vaksin COVID-19 tahun ini melalui COVAX. [ab/uh]