China akan Sempurnakan Rencana Stimulus Ekonominya  

Vila-vila terbengkalai di pinggiran kota Shenyang di provinsi Liaoning, China timur laut (foto: ilustrasi). China menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar lima persen tahun ini di tengah krisis perumahan yang berkepanjangan hingga konsumsi yang lesu.  

Para pengambil kebijakan ekonomi utama China diperkirakan akan menyempurnakan serangkaian kebijakan peningkat pertumbuhan pada hari Selasa (8/10), setelah pengumuman langkah-langkah stimulus yang telah lama ditunggu-tunggu pada bulan lalu memicu reli pasar saham -- periode ketika harga banyak saham meningkat secara signifikan dan cepat.

Beijing telah berjuang untuk memulai perekonomiannya karena para pejabat menargetkan pertumbuhan sekitar lima persen tahun ini – sebuah target yang menurut para analis optimistis mengingat banyaknya hambatan, mulai dari krisis perumahan yang berkepanjangan hingga konsumsi yang lesu.

Setelah berbulan-bulan melakukan upaya sedikit demi sedikit tidak banyak membantu membalikkan keadaan, para pejabat meluncurkan serangkaian langkah mulai dari penurunan suku bunga hingga pelonggaran pembatasan pembelian rumah yang bertujuan agar uang mengalir kembali.

Para analis mengatakan mereka berharap para pejabat akan mengungkap langkah-langkah dukungan fiskal lebih lanjut seperti penerbitan obligasi senilai triliunan yuan dan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi.

BACA JUGA: Pengamat: Deflasi 5 Bulan Beruntun Tandai Daya Beli yang Melemah

Namun mereka memperingatkan bahwa reformasi mendalam pada sistem ekonomi untuk meringankan krisis utang di sektor properti dan meningkatkan permintaan domestik diperlukan jika Beijing serius dalam menyelesaikan hambatan mendasar terhadap pertumbuhan.

“Kecuali China melakukan reformasi struktural untuk benar-benar meningkatkan konsumsi – mulai dari tunjangan pengangguran hingga pensiun– saya rasa kita tidak akan melihat perubahan besar,” kata Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom untuk kawasan Asia-Pasifik di Natixis.

Reli pasar berisiko menjadi sebuah "fatamorgana", katanya memperingatkan, karena para pembuat kebijakan menopang saham-saham tanpa mengatasi permasalahan mendasar dalam perekonomian riil dengan baik.

“Jika langkah-langkah tersebut tidak terbukti efektif… maka akan menjadi lebih buruk lagi, karena itu berarti stimulus pun tidak akan berhasil,” katanya. [ab/ka]