China: “AS Bermain Api” dengan Mengirim Bantuan Militer Bagi Taiwan

  • Associated Press

Sejumlah tentara Taiwan tampak mengawasi proses pemindahan tank M1A2 Abrams buatan Amerika Serikat di pusat pelatihan tentara di wilayah Hsinchu, Taiwan, pada 16 Desember 2024. (Foto: Handout/Taiwan's Ministry of National Defense /AFP)

Pemerintah China pada hari Minggu (22/12) memprotes pengumuman terbaru Amerika Serikat tentang penjualan dan bantuan militer kepada Taiwan, dan memperingatkan Amerika bahwa mereka “bermain api.”

Sehari sebelumnya (21/12) Presiden AS Joe Biden mengesahkan anggaran hingga US$571 juta dalam bentuk materi dan layanan Departemen Pertahanan, serta pendidikan dan pelatihan militer untuk Taiwan; pulau yang memiliki pemerintahan sendiri, namun diklaim Beijing sebagai wilayahnya dan harus berada di bawah kendalinya.

Secara terpisah, Departemen Pertahanan pada hari Jumat (20/12) mengatakan penjualan piranti militer senilai $295 juta itu telah disetujui.

Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan mendesak AS untuk berhenti mempersenjatai Taiwan dan menghentikan apa yang disebutnya sebagai “tindakan berbahaya yang merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.”

Penjualan dan bantuan militer AS bertujuan untuk membantu Taiwan mempertahankan diri dan menghalangi China melancarkan serangan.

Bantuan militer senilai $571 juta ini merupakan tambahan dari otorisasi Biden sebesar $567 juta untuk tujuan yang sama pada akhir September lalu. Penjualan piranti militer itu mencakup $265 juta untuk sekitar 300 sistem radio taktis dan $30 juta untuk 16 dudukan senjata.

BACA JUGA: Perluas Dominasi, China Andalkan Perang Siber dan Psikologis

Kementerian Luar Negeri Taiwan menyambut baik persetujuan kedua penjualan itu, dan lewat X mengatakan bahwa hal itu menegaskan kembali “komitmen pemerintah AS terhadap pertahanan kami.”

Amerika Serikat pada bulan Oktober lalu menyetujui penjualan senjata senilai $2 miliar ke Taiwan, termasuk pengiriman pertama kali sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara yang canggih, yang juga mengundang kecaman China. Negeri Tirai Bambu itu menanggapi hal itu dengan menggelar latihan perang di sekitar Taiwan.

Taiwan pada awal bulan ini menuntut agar China mengakhiri aktivitas militernya yang sedang berlangsung di wilayah perairan di dekatnya, yang menurut pemerintah Taiwan latihan itu merusak perdamaian dan stabilitas serta mengganggu pelayaran dan perdagangan internasional.

Presiden terpilih AS Donald Trump mengatakan ia tidak akan berkomitmen untuk membela Taiwan jika China melakukan invasi selama masa kepresidenannya.

Trump juga mengatakan bahwa Taiwan harus membayar AS untuk membelanya dari China, menyamakan hubungan tersebut dengan asuransi. Taiwan menghabiskan sekitar 2,5% dari Produk Domestik Bruto untuk sektor pertahanan. [em/ka]