China membentuk entitas baru yang akan menggabungkan produsen minyak nasional dan perusahaan negara lainnya untuk mengeksplorasi cadangan minyak dan gas (migas) di dalam perut Bumi yang dalam serta mengatasi sumber daya non-konvensional yang sulit diekstraksi, menurut perusahaan migas China CNPC pada Senin (1/7).
CNPC menyatakan bahwa langkah tersebut merupakan respons terhadap seruan Presiden Xi Jinping untuk memperkuat sektor migas dengan "kekuatan produktif baru" yang diharapkan dapat meningkatkan keamanan energi negara, seperti yang diungkapkan di situs resmi mereka.
Selain CNPC dan Sinopec, dua produsen utama minyak dan gas negara tersebut, badan baru itu juga akan menggandeng tujuh grup negara lainnya, termasuk China Aerospace Science and Industry Corp, grup baja Baowu, produsen peralatan Sinomach, Grup Listrik Dongfang, dan Minmetals.
CNPC menyatakan, "Ini adalah langkah untuk menghimpun kebijaksanaan dan kekuatan guna bersama-sama membangun rantai industri, mulai dari eksplorasi minyak dan gas ultra-dalam hingga pengembangan dan rekayasa."
BACA JUGA: Amankan Pasokan, China Incar Lapangan Gas dan LNG dari QatarKelompok tersebut akan melakukan pengeboran sumber daya konvensional di sumur ultra-dalam yang mencapai kedalaman hingga 10.000 meter di bawah permukaan, terutama di wilayah cekungan Tarim di barat laut Xinjiang, di mana CNPC dan Sinopec berperan sebagai pemain utama. Beijing juga akan fokus dalam mengembangkan sumber daya minyak serpih dan gas dari lapisan batu bara.
China, sebagai importir terbesar minyak mentah di dunia, mengandalkan impor untuk hampir tiga perempat kebutuhannya. Negara tersebut juga telah menginvestasikan miliaran dolar untuk mempertahankan volume produksi minyak mentah domestik di atas 4 juta barel per hari. Level angka tersebut dianggap ideal untuk mendukung aktivitas manufaktur dan layanan militer.
Sejumlah perusahaan minyak negara selama bertahun-tahun berupaya untuk melakukan pengeboran dengan kedalaman lebih dalam di darat. Mereka juga mempercepat pengembangan ladang minyak lepas pantai. Hasilnya, China berhasil mencatatkan pertumbuhan produksi migas sebesar 2 persen per tahun sejak 2018.
Namun, perusahaan-perusahaan milik negara juga dihadapkan pada tantangan penurunan produksi di lapangan-lapangan migas raksasa yang sudah tua. Mereka juga berhadapan dengan kendala geologis dan biaya dalam ekstraksi sumber daya minyak serpih dan gas yang mahal. [ah/rs]