Beijing telah meningkatkan kualitas udaranya sejak China memenangi tawarannya untuk menjadi tuan rumah Olimpiade. Tetapi Kementerian Ekologi dan Lingkungan mengatakan risiko terjadinya kabut asap musim dingin tetap tinggi sehingga Beijing mempersiapkan sejumlah rencana darurat.
Desas-desus bahwa industri berat yang menimbulkan pencemaran di daerah itu akan ditutup mulai 1 Januari ternyata tidak benar. Kantor berita Reuters menyatakan, seorang juru bicara kementerian itu paling tidak telah menegaskan fakta tersebut.
Para kritikus memperingatkan pada 2015 -- ketika China memenangi tawarannya sebagai tuan rumah -- bahwa Olimpiade Musim Dingin dapat dibayangi oleh kabut asap berbahaya di wilayah yang didominasi oleh industri berat. Presiden China Xi Jinping kemudian berjanji untuk menggelar Olimpiade "hijau", dan Provinsi Hebei berjanji untuk "mengubah dan memperbaiki" ekonomi industrinya.
Sejak itu, China menanam banyak pohon di ribuan hektare lahan di Beijing dan sekitar provinsi Hebei; membangun ladang angin dan surya yang luas; dan merelokasi ratusan perusahaan.
Your browser doesn’t support HTML5
Di Zhangjiakou, kota yang terletak 200 km dari barat laut Beijing dan menjadi tuan rumah acara ski dan snowboarding, pemain ski amatir berusia 26 tahun Deng Zhongping mengatakan ia telah merasakan perbedaannya. Program penanaman pohon dilaporkan telah meningkatkan tutupan hutan di Zhangjiakou menjadi 70% hingga 80%, naik dari sebelumnya, yakni 56%.
"Sangat jelas karena saya menderita rinitis. Tahun ini, saya kembali ke Beijing dan menemukan bahwa langit menjadi lebih biru, dan saya tidak terkena rinitis lagi," kata Deng.
BACA JUGA: Corona Turunkan Tingkat Polusi Udara China 10,8%Para pejabat mengatakan dalam tur yang diselenggarakan pemerintah pekan lalu bahwa energi terbarukan akan 100% menjadi sumber tenaga bagi semua 26 tempat penyelenggaraan pertandingan Olimpiade di Beijing dan Provinsi Hebei.
Mereka juga mengungkapkan bahwa lebih dari 700 kendaraan berbahan bakar hidrogen juga akan dikerahkan, meskipun pemerintah gagal mencapai target produksi hidrogen.
“Saat ini, kami dapat memenuhi kebutuhan pasokan hidrogen untuk seluruh Olimpiade Musim Dingin. Namun, saya pikir, dengan perkembangan ekonomi dan permintaan hidrogen yang besar di Beijing, Tianjin dan Hebei, proyek skala besarnya baru akan terealisasi pasca-Olimpiade Musim Dingin," ujar Wang Hewu, Direktur Lembaga Penelitian Hidrogren dan Energi Terbarukan Zhangjiakou.
China juga sesumbar akan menjadikan Olimpiade kali ini "netral karbon" untuk pertama kalinya. Namun, kelompok lingkungan Greenpeace mengatakan tanpa data lebih lanjut akan sulit untuk mengevaluasi apakah tujuan tersebut benar-benar tercapai.
Kelangkaan air adalah masalah lain, terutama dalam hal menciptakan salju dan es buatan. Namun, panitia penyelenggara mengatakan penyelenggaraan Olimpiade tidak akan memberi tekanan tambahan pada pasokan air lokal. Menurut Wang Jingxia, salah satu wakil panitia Olimpiade Beijing, langkah ini sejalan dengan upaya China yang lebih luas untuk menciptakan ekonomi "sirkular" di mana sumber daya sepenuhnya digunakan dan didaur ulang.
"Kami akan mengandalkan air dari waduk. Air itu berasal dari limpasan permukaan dan curah hujan alami di musim panas. Air dari salju yang digunakan akan mengalir kembali ke waduk melalui sistem drainase setelah mencair. Kemudian akan dikumpulkan untuk pembuatan salju lagi pada tahun berikutnya," kata Wang. [ab/uh]