PBB telah lebih dari sepuluh tahun menunggu persetujuan Beijing untuk mengabulkan permohonan kunjungan utusan khususnya di bidang kemiskinan ekstrim dan HAM ke China. Namun, ketika Beijing akhirnya menyetujui permohonan itu dan mengizinkan Pelapor Khusus PBB Philip Alston berkunjung bulan ini, ia dibuntuti pihak berwenang dan dilarang bertemu dengan para akademisi.
Para aktivis HAM mengatakan, perlakuan pihak berwenang terhadap Alston dalam kunjungannya itu menunjukkan kurangnya ketulusan Beijing. China membantah membatasi aktivitas Alston dan menuduhnya berbohong.
Pada penjelasan mengenai kunjungan sembilan harinya itu, Alston mengatakan, ia menyerahkan daftar akademisi yang ingin ditemui selama lawatannya. Ketika Alston tiba, ia diberitahu bahwa banyak di antara orang-orang yang ingin ditemuinya tersebut disarankan untuk pergi berlibur.
Alston mengatakan, dalam pemahaman pemerintah China, pelapor khusus sama dengan tamu diplomatik sehingga harus mendapat pengamanan penuh dengan terus dibuntuti, dan tidak diizinkan bertemu orang-orang tertentu secara pribadi tanpa memberitahu pemerintah terlebih dahulu.
Alston memuji usaha China untuk mengentaskan kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir, dengan menyebutnya sebagai usaha yang luar biasa. Namun, pada saat bersamaan, ia juga mengungkapkan keprihatinan mengenai apa yang disebutnya tingkat ketidaksetaraan yang sangat tinggi antara wilayah kota dan wilayah pedesaan di China. Ia mengatakan, jika China tidak mengambil tindakan, negara itu bisa menghadapi kerusuhan dan protes massal. [ab/uh]