China Bertekad Tak Hentikan Penggunaan Kekuatan Terhadap Taiwan

Garda Pantai Taiwan sedang berpatroli di lepas pantai Nangan Township di Kepulauan Matsu, 15 Oktober 2024, sehari setelah China melakukan latihan militer di dekat Taiwan. (Foto: Daniel Ceng/AFP)

China, yang menganggap Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis, sebagai wilayahnya sendiri, Senin (14/10) mengadakan latihan skala besar di sekitar pulau itu.

China tidak akan berjanji untuk menghentikan penggunaan kekerasan terhadap Taiwan, tetapi hal ini ditujukan untuk campur tangan pihak luar dan kelompok separatis yang jumlahnya sedikit, kata Kantor Urusan Taiwan China, Rabu (16/10), setelah China menggelar latihan perang terbaru di sekitar pulau tersebut.

China menganggap Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis, sebagai wilayahnya sendiri. Senin (14/10), China mengadakan latihan skala besar di sekitar pulau itu yang disebutnya sebagai peringatan terhadap “tindakan separatis” menyusul pidato hari nasional yang disampaikan oleh Presiden Taiwan Lai Ching-te, pekan lalu.

“Kami bersedia mengupayakan prospek reunifikasi damai dengan ketulusan dan upaya maksimal,” kata Chen Binhua, juru bicara Kantor Urusan Taiwan China, pada konferensi pers rutin di Beijing.

“Namun, kami tidak akan pernah berkomitmen untuk tidak menggunakan kekerasan,” katanya.

BACA JUGA: China Kerahkan 153 Pesawat dalam Latihan Perang, Taiwan Soroti Risiko bagi Kawasan

Namun, kata Chen, hal ini ditujukan untuk campur tangan “kekuatan luar” – mengacu pada Amerika Serikat dan sekutunya – dan sejumlah kecil separatis Taiwan, bukan sebagian besar rakyat Taiwan.

Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan Beijing, dengan mengatakan hanya masyarakat pulau tersebut yang dapat menentukan masa depan mereka.

Berbicara kepada wartawan di Taipei, Rabu (16/10) pagi, Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan Tsai Ming-yen mengatakan latihan yang dilakukan China telah menjadi bumerang mengingat kecaman internasional yang ditimbulkannya, terutama dari Washington.

“Latihan militer komunis China menimbulkan dampak negatif karena membuat masyarakat internasional semakin mendukung Taiwan,” ujarnya.

Sepasang kapal AL Taiwan kelas misil VI, Kuang Hua, berlayar di pelabuhan Keelung, 14 Oktober 2024. (Foto: I-Hwa Cheng/AFP)

Lai, dalam pidatonya pada 10 Oktober, mengatakan China tidak mempunyai hak untuk mewakili Taiwan. Namun, pulau tersebut bersedia bekerja sama dengan Beijing untuk memerangi tantangan seperti perubahan iklim. Pernyataan itu menandai sikap tegas sekaligus menawarkan rekonsiliasi, yang menurut para pejabat Taiwan, menunjukkan niat baik terhadap Beijing.

Militer China, Senin (16/10) membuka kemungkinan untuk melakukan lebih banyak latihan di sekitar Taiwan tergantung pada tingkat “provokasi.”

BACA JUGA: Taiwan Kirimkan ‘Pasukan yang Sepadan’ untuk Tanggapi Latihan Militer China 

Tsai mengatakan pemerintah tetap waspada terhadap tindakan militer lebih lanjut. “Kami tidak bisa mengesampingkan segala kemungkinan,” tambahnya.

China selama lima tahun terakhir telah mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur di perairan dan langit di sekitar Taiwan hampir setiap hari.

Rabu pagi (16/10), dalam informasi harian terbaru mengenai aktivitas China dalam 24 jam sebelumnya, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pihaknya telah mendeteksi 22 pesawat militer China dan lima kapal angkatan laut. [ft/es]