Para analis meyakini bahwa pembatasan Amerika terhadap pejabat dan perusahaan-perusahaan China yang diduga membantu Beijing memperluas jangkauannya di laut yang kaya sumber daya dan disengketakan di Asia, tidak akan banyak membantu dalam mengurangi pengaruh maritim China dan bahkan dapat meningkatkannya secara tidak langsung.
Pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan segera berakhir, pada Kamis lalu mengumumkan larangan perjalanan ke Amerika Serikat bagi para pejabat militer, Partai Komunis yang berkuasa dan perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah. Washington yakin bahwa mereka telah menggunakan kekuatan terhadap negara-negara yang ikut mengklaim Laut China Selatan seluas 3,5 juta kilometer persegi.
Pada bulan Desember, pemerintah AS menempatkan 60 perusahaan China, termasuk perusahaan pengeboran minyak raksasa lepas pantai CNOOC, dalam daftar hitam perdagangan yang akan menghentikan mereka mendapatkan beberapa jenis teknologi Amerika. Minggu lalu, Washington melarang investor Amerika untuk memiliki saham di sembilan perusahaan China yang diduga memiliki hubungan dengan Tentara Pembebasan Rakyat, termasuk pengembang ponsel pintar terbesar ketiga di dunia, Xiaomi.
BACA JUGA: AS Masukkan Xiaomi, CNOOC dalam Daftar HitamHukuman ini, dengan hukuman lainnya yang digunakan pemerintah Trump untuk menghentikan aktivitas maritim China, hampir tidak akan dapat mengeluarkan Beijing dari laut yang disengketakan, kata para pakar. Mereka mengatakan, orang-orang dan perusahaan yang menjadi sasaran, dapat terus mengebor minyak, menyediakan pasokan bagi militer dan membangun infrastruktur di perairan di kawasan tropis itu.
China tidak akan membiarkan kegiatan tersebut berhenti, kata Wang Wei-chieh, seorang analis yang berbasis di Taiwan.
“Secara historis, kebijakan Partai Komunis China terhadap masalah kedaulatan atau masalah teritorial adalah mereka tidak akan pernah mundur, jadi mereka tentu saja akan tetap fokus pada kawasan ini,” katanya. “Mereka tidak akan mundur karena sanksi ekonomi.” [lj/uh]