Pimpinan perusahaan susu Fonterra, meminta maaf setelah China menghentikan impor produk-produk perusahaan tersebut setelah pengungkapan kemungkinan kontaminasi, Senin (5/8).
BANGKOK —
Fonterra, perusahaan eksportir susu terbesar di dunia menemukan bakteri di sebagian produknya yang bisa menyebabkan botulism, penyakit lumpuh serius yang bisa berakibat fatal.
Sekitar 90 persen dari 1,9 miliar dolar impor susu China berasal dari Selandia Baru, pada tahun 2012. Konsumen China sudah membeli sebagian besar susu formula bayi dari perusahaan-perusahaan luar negeri karena takut akan kontaminasi produk susu dalam negeri.
Berbicara di Beijing, pimpinan Fonterra Theo Spierings meminta maaf atas kejadian menakutkan itu.
"Kami meminta maaf atas situasi ini. Kami benar-benar meminta maaf kepada warga yang sudah terkena dampak masalah ini, dan menjamin kepada Anda, bahwa keamanan pangan rakyat China dan juga di seluruh dunia, merupakan kepentingan kami yang utama dan paling penting," kata Theo Spierings.
Spierings mengatakan tidak ada produk-produk yang diuji dan dijual di China menunjukkan adanya kontaminasi dan perusahaan itu belum menerima laporan apapun mengenai masalah kesehatan atau keluhan konsumen yang disebabkan oleh kemasan susu yang tercemar. Sejauh ini belum ada laporan ada konsumen yang sakit akibat kontaminasi tersebut.
Namun hal itu tidak membuat Perdana Menteri Selandia Baru John Key gembira, yang mengatakan perusahaan itu seharusnya mengambil tindakan lebih waspada setelah menemukan bakteri dalam pengujian sebelumnya.
Produk konsentrasi protein yang tercemar itu telah di ekspor ke beberapa pasar lainnya termasuk Malaysia, Thailand, Vietnam dan Arab Saudi. Susu bubuk itu telah digunakan dalam produk-produk termasuk susu bubuk bayi dan minuman penambah energi. Rusia untuk sementara telah menangguhkan pembelian seluruh produk susu Selandia Baru.
Pejabat senior WHO, Howard Sobel mengatakan ketakutan itu menekankan keprihatinan WHO atas formula bayi dan potensi ancaman keracunan.
"Yang bisa kami katakan adalah formula susu bubuk bayi bukanlah produk yang steril. Meskipun dibuat oleh perusahaan terbaik, kita akan mendapati berbagai bakteri di dalamnya. Botulism pada dasarnya sangat jarang ditemukan di dalamnya, tapi kita mendapatinya dan banyak bakteri serta zat penyebab kontaminasi lainnya dalam (susu) formula," kata Howard Sobel.
WHO mendukung para ibu untuk menyusui bayinya dari pada memberikan susu formula, karena ASI memberi anak-anak anti bodi penting dan nutrisi yang lebih baik.
WHO mengatakan 220 ribu lebih anak-anak meninggal setiap tahun karena kesehatan yang buruk dan kontaminasi makanan.
Sekitar 90 persen dari 1,9 miliar dolar impor susu China berasal dari Selandia Baru, pada tahun 2012. Konsumen China sudah membeli sebagian besar susu formula bayi dari perusahaan-perusahaan luar negeri karena takut akan kontaminasi produk susu dalam negeri.
Berbicara di Beijing, pimpinan Fonterra Theo Spierings meminta maaf atas kejadian menakutkan itu.
"Kami meminta maaf atas situasi ini. Kami benar-benar meminta maaf kepada warga yang sudah terkena dampak masalah ini, dan menjamin kepada Anda, bahwa keamanan pangan rakyat China dan juga di seluruh dunia, merupakan kepentingan kami yang utama dan paling penting," kata Theo Spierings.
Spierings mengatakan tidak ada produk-produk yang diuji dan dijual di China menunjukkan adanya kontaminasi dan perusahaan itu belum menerima laporan apapun mengenai masalah kesehatan atau keluhan konsumen yang disebabkan oleh kemasan susu yang tercemar. Sejauh ini belum ada laporan ada konsumen yang sakit akibat kontaminasi tersebut.
Namun hal itu tidak membuat Perdana Menteri Selandia Baru John Key gembira, yang mengatakan perusahaan itu seharusnya mengambil tindakan lebih waspada setelah menemukan bakteri dalam pengujian sebelumnya.
Produk konsentrasi protein yang tercemar itu telah di ekspor ke beberapa pasar lainnya termasuk Malaysia, Thailand, Vietnam dan Arab Saudi. Susu bubuk itu telah digunakan dalam produk-produk termasuk susu bubuk bayi dan minuman penambah energi. Rusia untuk sementara telah menangguhkan pembelian seluruh produk susu Selandia Baru.
Pejabat senior WHO, Howard Sobel mengatakan ketakutan itu menekankan keprihatinan WHO atas formula bayi dan potensi ancaman keracunan.
"Yang bisa kami katakan adalah formula susu bubuk bayi bukanlah produk yang steril. Meskipun dibuat oleh perusahaan terbaik, kita akan mendapati berbagai bakteri di dalamnya. Botulism pada dasarnya sangat jarang ditemukan di dalamnya, tapi kita mendapatinya dan banyak bakteri serta zat penyebab kontaminasi lainnya dalam (susu) formula," kata Howard Sobel.
WHO mendukung para ibu untuk menyusui bayinya dari pada memberikan susu formula, karena ASI memberi anak-anak anti bodi penting dan nutrisi yang lebih baik.
WHO mengatakan 220 ribu lebih anak-anak meninggal setiap tahun karena kesehatan yang buruk dan kontaminasi makanan.