China mengatakan kebijakan ekspor Uni Eropa terhadap Beijing “tidak masuk akal." Pernyataan itu disampaikan pada Rabu (6/12), menjelang pertemuan tingkat tinggi di ibu kota China keesokan harinya.
“Membeli dan menjual adalah masalah yang melibatkan dua pihak. Jika Uni Eropa memberlakukan pembatasan ketat terhadap ekspor produk-produk teknologi tinggi ke China di satu sisi, dan berharap untuk meningkatkan ekspor ke China secara signifikan di sisi lain, saya kira hal itu tidak masuk akal,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen, Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel akan berada di Beijing pada hari Kamis untuk menghadiri KTT Uni Eropa-China.
Ini akan menjadi pertemuan tatap muka pertama antara para pemimpin Uni Eropa itu dan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang sejak tahun 2019. Salah satu pokok pembicaraan utama pertemuan itu adalah perdagangan.
Von der Leyen mengatakan kepada AFP dalam sebuah wawancara menjelang perundingan bahwa "para pemimpin Eropa tidak akan menolerir ketidakseimbangan dalam hubungan perdagangan seiring berjalannya waktu".
“Tetapi kami lebih memilih untuk merundingkan solusi,” tambahnya.
BACA JUGA: China Ingin Perkuat Rantai Pasokan, di tengah Kaburnya Investor AsingWang pada Rabu mengatakan pada konferensi pers reguler bahwa “China adalah mitra Uni Eropa yang dapat dipercaya dan sangat diperlukan”.
“Menangani perbedaan secara baik melalui dialog dan konsultasi merupakan hal penting yang harus dilakukan demi perkembangan hubungan China-Uni Eropa,” ujarnya.
“Kami berharap pihak Eropa akan bekerja sama dengan China untuk saling bertemu, menciptakan suasana positif bagi keberhasilan penyelenggaraan pertemuan para pemimpin China-Uni Eropa, dan melakukan upaya bersama demi perkembangan hubungan China-Uni Eropa yang sehat dan stabil," tambahnya. [ab/uh]