China dan Kepulauan Solomon, Senin (10/7) menandatangani kesepakatan baru mengenai kerja sama kepolisian, memperdalam kemitraan bilateral mereka empat tahun setelah negara pulau di Pasifik itu memutuskan hubungan dengan Taiwan dan secara resmi menjalin hubungan dengan Beijing.
“Rencana penerapan” mengenai kepolisian yang efektif berlangsung hingga 2025 itu adalah satu dari sembilan dokumen yang ditandatangani pada hari Senin, setelah pembicaraan antara PM Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare yang sedang melawat dan PM China Li Qiang di Balai Rakyat Agung di Beijing.
Li mengatakan bahwa perkembangan hubungan China-Kepulauan Solomon selama empat tahun ini ”sangat baik.”
Keputusan Kepulauan Solomon untuk mengalihkan pengakuan diplomatiknya ke Beijing adalah “pilihan tepat yang sesuai dengan tren zaman,” lanjut Li.
Sogavare kemudian mengatakan kepada Li bahwa negaranya “harus belajar banyak dari pengalaman pembangunan China.”
Kedua negara juga menandatangani kesepakatan mengenai “Proyek Bantuan Teknis Olahraga” untuk Pesta Olahraga Pasifik di ibu kota Kepulauan Solomon, Honiara, di mana Beijing sedang membangun stadion untuk tuan rumah.
Sogavare diperkirakan akan berada di China hingga Sabtu dan secara resmi membuka kedutaan besar negaranya di Beijing serta mengunjungi provinsi-provinsi Jiangsu dan Guangdong yang memiliki perekonomian kuat.
Pada tahun 2019, China dan Kepulauan Solomon resmi menjalin hubungan diplomatik setelah Beijing membujuk negara miskin di kawasan Pasifik itu untuk memutuskan hubungan dengan Taiwan yang berpemerintahan sendiri, yang teritorinya diklaim oleh China.
Persaingan geopolitik yang meningkat antara China dan AS telah membuat kedua negara adidaya itu berselisih di wilayah tersebut. Perebutan pengaruh di antara keduanya menguntungkan bagi negara-negara di Pasifik, dengan bantuan, pinjaman dan proyek-proyek pembangunan bernilai puluhan juta dolar mengalir ke negara-negara tersebut.
Bukannya memihak antara Washington dan Beijing, sebagian besar negara itu menyambut baik semua yang datang berikut kapital ekonomi dan diplomatik baru yang mereka bawa.
“Bukanlah kepentingan rakyat dan negara kami untuk memihak dan menyelaraskan diri dengan kepentingan yang bukan kepentingan kami,” kata PM Sogavare dalam acara peringatan kemerdekaan pada Sabtu lalu.
Dalam menghadapi persaingannya dengan China, Washington pada Februari lalu membuka kembali misinya di Kepulauan Solomon yang telah absen selama 30 tahun.
China juga meraih pengaruh di sana, dengan mencapai kesepakatan keamanan rahasia dengan Solomon yang memungkinkan pasukan Beijing dikerahkan ke kepulauan itu.
Kunjungan Sogavare kemungkinan besar akan memicu kekhawatiran bahwa kepulauan itu akan semakin dekat ke orbit China. [uh/ab]