China Klaim Penerbangan Militernya Rutin dan Tidak Langgar Kedaulatan Malaysia

Pesawat Xian Y-20 milik Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF), Angkatan Udara China terbang di atas zona maritim Malaysia, 31 Mei 2021. (Foto: Royal Malaysian Air Force / AFP)

China mengatakan, Rabu (2/6), penerbangan 16 pesawat militernya di atas perairan yang diperebutkan sengit di lepas pantai Malaysia adalah pelatihan rutin, setelah negara Asia Tenggara itu menuduh Beijing melanggar kedaulatannya.

Malaysia mengerahkan jet-jet tempurnya, Senin (31/5), untuk mencegat pesawat-pesawat angkut angkatan udara China yang muncul dari Kalimantan di atas Laut China Selatan, di mana Kuala Lumpur memiliki klaim teritorial yang tumpang tindih dengan Beijing.

Menteri luar negeri Malaysia mengkritik penerbangan itu sebagai "gangguan" dan mengatakan pemerintah akan mengajukan protes ke Beijing dan memanggil duta besar China.

Namun juru bicara kedutaan besar China di Kuala Lumpur mengatakan "kegiatan tersebut adalah pelatihan penerbangan rutin angkatan udara China dan tidak menargetkan negara mana pun".

"Menurut hukum internasional yang relevan, pesawat-pesawat militer China menikmati kebebasan terbang di wilayah udara internasional," katanya.

Pesawat Ilyushin Il-76 milik Angkatan Udara Pembebasan Rakyat China (PLAAF), terbang di kawasan maritim Malaysia, 31 Mei 2021. (Foto: Angkatan Udara Kerajaan Malaysia)

Pesawat-pesawat itu tidak memasuki wilayah udara teritorial negara lain, juru bicara itu menambahkan dalam pernyataannya.

Pesawat-pesawat itu datang dalam jarak 110 kilometer dari wilayah Malaysia di Kalimantan, dan tidak menanggapi upaya Malaysia untuk menghubungi mereka, sehingga mendorong Malaysia untuk mengerahkan jet-jet tempurnya, menurut Angkatan Udara negara itu.

Pesawat-pesawat itu berbalik arah sebelum memasuki wilayah udara Malaysia di atas perairan teritorialnya.

Namun Menteri Luar Negeri Hishammuddin Hussein mengatakan mereka telah memasuki "zona maritim" negara itu, sebuah kawasan yang membentang lebih jauh dari pantai dan menggambarkan insiden itu sebagai "pelanggaran wilayah udara dan kedaulatan Malaysia".

China telah mengklaim hampir semua wilayah Laut China Selatan dan telah membangun banyak pos militer di pulau-pulau kecil dan gugusan terumbu karangnya sehingga membuat marah negara-negara lain yang juga memiliki klaim atas sebagian perairan tersebut.

Hubungan Malaysia-China biasanya hangat tetapi insiden Senin lalu menegangkan hubungan itu. Laut China Selatan merupakan jalur pelayaran internasional utama dan diyakini menyimpan cadangan minyak dan gas yang kaya.

Tahun lalu, sebuah kapal survei China berselisih dengan kapal eksplorasi minyak Malaysia di lepas pantai Kalimantan.

Negara-negara lain yang sama-sama mengklaim sebagian Laut China Selatan termasuk Vietnam, Filipina, Brunei dan Taiwan.

Amerika Serikat juga telah mengirim kapal perang melalui perairan itu untuk menegaskan hak internasional atas kebebasan navigasi, dan tindakan ini membuat marah China. [ab/uh]