China, Jumat (12/5) membantah tuduhan pemaksaan ekonomi dan mendesak kelompok tujuh negara industri maju G-7 untuk “merangkul tren keterbukaan dan inklusivitas.”
Pada jumpa pers hariannya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menegaskan bahwa negaranya adalah “korban” pemaksaan ekonomi AS, sewaktu ia ditanya mengenai laporan yang menyatakan para pemimpin finansial G-7 akan membahas langkah-langkah untuk menangkis pemaksaan ekonomi China pada pembicaraan mereka hari Jumat.
BACA JUGA: Presiden Korsel, PM Jepang Kishida Janjikan Hubungan Seoul-Tokyo yang Lebih Baik Usai Pertemuan PuncakChina menuduh Washington menghalangi kebangkitannya sebagai negara modern yang semakin makmur melalui restriksi perdagangan dan investasi yang menurut AS diperlukan untuk melindungi keamanan ekonomi Amerika.
“AS telah menjatuhkan sanksi-sanksi ekonomi sepihak pada hampir 40 negara, berdampak pada hampir separuh populasi dunia. Bahkan anggota G-7 pun tidak terhindar dari paksaan ekonomi dan intimidasi AS,” tambah Wang, seraya mengatakan apa yang ia sebut sebagai penindasan AS terhadap Toshiba, Siemens dan Alstom.
Wang juga mengecam NATO atas apa yang ia tuduh sebagai ekspansi ke Asia Pasifik yang “menyerukan kesiagaan tinggi” negara-negara di kawasan itu, setelah Jepang dilaporkan mengupayakan diskusi mengenai pembukaan kantor penghubung NATO. [uh/lt]