Pesawat antariksa The Chang'e-3, termasuk kereta lunar "Jade Rabbit", meluncur Senin pagi dari pusat peluncuran satelit Xichang di barat daya provinsi Sichuan.
China menyebutkan peluncuran misi robotik pertamanya ke permukaan bulan berlangsung dengan sukses.
Satelit bulan The Chang'e-3, termasuk kereta lunar "Jade Rabbit", meluncur Senin pagi dari pusat peluncuran satelit Xichang di barat daya provinsi Sichuan.
Satelit tersebut dijadwalkan mendarat di bulan pada pertengahan Desember untuk mengeksplorasi permukaan bulan. China ingin menjadi negara ketiga yang melaksanakan misi penjelajahan bulan, setelah Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet.
Peluncuran misi tersebut menerima reaksi yang bermacam-macam dari publik China.
Seorang pengguna Weibo (semacam Twitter di China) mengatakan misi tersebut adalah perkara harga diri bangsa. (http://weibo.com/u/1740806194) "Ini berita gembira, China sukses meluncurkan Chang'e 3. Saya masih ingat peluncuran satelit pertama China Dongfanghong. Saya bangga dengan negara saya."
Tapi beberapa mempertanyakan kenapa Beijing menghabiskan begitu banyak dana untuk program luar angkasanya.
Seorang pengguna mengatakan dia punya prioritas lain (http://weibo.com/u/2393557531) "Saya tidak peduli dengan Chang'e 3, 2 atau 1. Yang saya pedulikan adalah apakah saya bisa pergi ke dokter ketika saya sakit."
Pengamat luar angkasa independen yang berdomisili di Australia Morris Jones mengatakan misi ini ambisius.
"Mendarat di bulan itu rumit. Bulan adalah medan yang cukup berbahaya. Tidak ada pilot di kapal, jadi dibutuhkan banyak keahlian oleh komputer untuk mengendalikan kendaraan mendarat dengan selamat."
Pesawat ini diharapkan bisa melakukan soft-landing di bulan, dan hal ini terakhir berhasil dicapai oleh Uni Soviet pada tahun 1976. Hard-landing lebih mudah, dan pesawat luar angkasa milik China jatuh di bulan pada 2009.
Presiden Xi Jinping mengatakan beliau menginginkan China membuktikan negaranya sebagai negara superpower untuk luar angkasa, dan misi tersebut telah menyebarkan kebanggaan atas pertumbuhan kekuasaan teknologi China.
Scott Harold dari RAND Corporation menyampaikan pada wartawan VOA Victor Beattie, program luar angkasa ini menggarisbawahi nasionalisme teknologi China.
"Jelas ini adalah bagian dari upaya pemerintah China untuk menunjukkan mereka mulai matang dalam bidang ini. China meningkatkan kecanggihan teknologi mereka dan mereka kini bermain di panggung utama."
Beijing berniat mengembangkan stasiun luar angkasa permanen tahun 2020 dan nantinya mengirimkan seseorang ke bulan.
Pada tahun 2007, China meluncurkan orbiter bulan pertamanya, the Chang'e-1, yang namanya diambil dari nama dewi bulan, dan mengambil foto-foto permukaan bulan dan menganalisa distribusi elemen.
Kendaraan penjelajah itu diberi nama Jade Rabbit, atau "Yutu," dari hasil pemungutan suara publik. "Yutu" adalah nama hewan peliharaan dewi dalam sebuah cerita rakyat di China.
(Wartawan VOA Victor Beattie adalah kontributor laporan ini dari Washington.)
Satelit bulan The Chang'e-3, termasuk kereta lunar "Jade Rabbit", meluncur Senin pagi dari pusat peluncuran satelit Xichang di barat daya provinsi Sichuan.
Satelit tersebut dijadwalkan mendarat di bulan pada pertengahan Desember untuk mengeksplorasi permukaan bulan. China ingin menjadi negara ketiga yang melaksanakan misi penjelajahan bulan, setelah Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet.
Peluncuran misi tersebut menerima reaksi yang bermacam-macam dari publik China.
Seorang pengguna Weibo (semacam Twitter di China) mengatakan misi tersebut adalah perkara harga diri bangsa. (http://weibo.com/u/1740806194) "Ini berita gembira, China sukses meluncurkan Chang'e 3. Saya masih ingat peluncuran satelit pertama China Dongfanghong. Saya bangga dengan negara saya."
Tapi beberapa mempertanyakan kenapa Beijing menghabiskan begitu banyak dana untuk program luar angkasanya.
Seorang pengguna mengatakan dia punya prioritas lain (http://weibo.com/u/2393557531) "Saya tidak peduli dengan Chang'e 3, 2 atau 1. Yang saya pedulikan adalah apakah saya bisa pergi ke dokter ketika saya sakit."
Pengamat luar angkasa independen yang berdomisili di Australia Morris Jones mengatakan misi ini ambisius.
"Mendarat di bulan itu rumit. Bulan adalah medan yang cukup berbahaya. Tidak ada pilot di kapal, jadi dibutuhkan banyak keahlian oleh komputer untuk mengendalikan kendaraan mendarat dengan selamat."
Pesawat ini diharapkan bisa melakukan soft-landing di bulan, dan hal ini terakhir berhasil dicapai oleh Uni Soviet pada tahun 1976. Hard-landing lebih mudah, dan pesawat luar angkasa milik China jatuh di bulan pada 2009.
Presiden Xi Jinping mengatakan beliau menginginkan China membuktikan negaranya sebagai negara superpower untuk luar angkasa, dan misi tersebut telah menyebarkan kebanggaan atas pertumbuhan kekuasaan teknologi China.
Scott Harold dari RAND Corporation menyampaikan pada wartawan VOA Victor Beattie, program luar angkasa ini menggarisbawahi nasionalisme teknologi China.
"Jelas ini adalah bagian dari upaya pemerintah China untuk menunjukkan mereka mulai matang dalam bidang ini. China meningkatkan kecanggihan teknologi mereka dan mereka kini bermain di panggung utama."
Beijing berniat mengembangkan stasiun luar angkasa permanen tahun 2020 dan nantinya mengirimkan seseorang ke bulan.
Pada tahun 2007, China meluncurkan orbiter bulan pertamanya, the Chang'e-1, yang namanya diambil dari nama dewi bulan, dan mengambil foto-foto permukaan bulan dan menganalisa distribusi elemen.
Kendaraan penjelajah itu diberi nama Jade Rabbit, atau "Yutu," dari hasil pemungutan suara publik. "Yutu" adalah nama hewan peliharaan dewi dalam sebuah cerita rakyat di China.
(Wartawan VOA Victor Beattie adalah kontributor laporan ini dari Washington.)