China dan Malaysia telah memasuki kebuntuan yang tenang tetapi berlarut-larut di laut di mana klaim kedaulatan kedua negara tumpang tindih, dan masing-masing pihak menunjukkan tekad yang semakin kuat untuk berdiri tegak melawan yang lain, kata para analis yang mengikuti perkembangan hubungan kedua negara itu.
Awal bulan ini, kapal penjaga pantai China 5402 ditempatkan di dekat Luconia Shoals (kawasan laut dangkal Luconia) di jalur laut utara Kalimantan yang menurut Malaysia termasuk dalam zona ekonomi eksklusif maritimnya, menurut Asian Maritime Transparency Initiative (AMTI) di Washington, D.C, yakni prakarsa yang berusaha mempromosikan keterbukaan dan pertukaran maritim di Asia.
Beijing mengatakan jalur laut itu berada dalam garis batasnya yang mencakup sekitar 90 persen Laut China Selatan, perhitungan katanya berdasarkan catatan sejarah penggunaan wilayah itu. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam memperebutkan sebagian atau seluruh klaim China atas laut seluas 3,5 juta kilometer persegi yang kaya akan ikan dan juga energi itu.
Pada 19 November, kapal China mengganggu anjungan pengeboran Malaysia dan kapal pemasok yang beroperasi 44 mil laut (81,5 kilometer) di lepas pantai, menurut AMTI, yang berada di bawah Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), lembaga swasta yang menjadi wadah para ilmuwan Amerika. Malaysia mengerahkan kapal angkatan lautnya sebagai tanggapan, dan kapal itu membayangi kapal China, menurut laporan 25 November itu.
BACA JUGA: Masuk Tanpa Izin, Malaysia Tahan 60 Warga Negara China dan 6 KapalInsiden semacam ini menjadi hal biasa, kata para ilmuwan di Malaysia, meskipun biasanya tidak menjadi perhatian karena kedua pemerintah sebagian besar rukun dan mengesampingkan perselisihan.
Para pejabat di Vietnam dan Filipina telah lebih sering berbicara menentang China dalam dekade terakhir, terutama ketika China menguruk beberapa pulau di laut yang disengketakan untuk digunakan sebagai pangkalan militer. Di bawah Presiden Donald Trump, pemerintah Amerika telah meningkatkan dukungan militernya untuk Asia Tenggara dan Taiwan sebagai cara untuk menahan China. [lt/ab]