Videografer Wang Tao, sedang berjuang mendapatkan pekerjaan di pasar tenaga kerja, di mana perusahaan cenderung tidak mempekerjakan siapa pun yang berusia di atas 35 tahun. Bagi dia, pertanyaannya adalah, apa yang akan dilakukan oleh para pemimpin China dalam sektor ketenagakerjaan.
“Awalnya saya mengira hal ini hanya sulit dilakukan oleh orang berusia seperti saya, namun kemudian saya mengetahui, bahwa banyak anak muda, bahkan pasca tahun 90an, kesulitan mendapatkan pekerjaan. Situasi ketenagakerjaan secara umum sangat buruk,”kata Wang.
Upaya China untuk membangun kepercayaan terkait potensi perlambatan ekonominya, akan menjadi agenda utama pertemuan legislatif nasional pada minggu ini.
Ketika lebih dari 5 ribu pejabat dari seluruh China berkumpul di Beijing untuk menghadiri acara politik terbesar tahun ini, suasana di jalan-jalan dan pasar keuangan masih suram.
Pemulihan kuat yang didorong oleh konsumsi, yang diharapkan terjadi pasca berbagai pengetatan akibat COVID-19 dicabut akhir 2022, belum terwujud.
Pemerintah daerah terperosok dalam utang triliunan dolar dan investasi langsung oleh perusahaan asing di China turun sekitar 80 persen tahun lalu.
Zhu Zhenxin, adalah Kepala Ekonom Asymptote Investment Research China.
“Pertumbuhan ekonomi telah menunjukkan peningkatan yang signifikan pada tahun lalu, namun hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya tingkat ekonomi tahun sebelumnya, dan pemulihan tersebut terutama didorong oleh kebijakan siklus,” kata Zhenxin.
BACA JUGA: Ekonomi Melambat, Konsumen China Mencari Pilihan TerjangkauZhu mengatakan China berada dalam “periode yang relatif deflasi” setelah pertumbuhan PPI negatif selama 16 bulan. Producer Price Index (PPI) adalah sebuah indikator ekonomi yang mengukur perubahan rata-rata harga yang dihadapi oleh produsen untuk barang dan jasa yang mereka hasilkan selama suatu periode waktu tertentu. PPI dirancang untuk memberikan gambaran tentang tekanan inflasi atau deflasi pada tingkat produsen sebelum barang dan jasa tersebut mencapai konsumen akhir.
“Operasi ekonomi kita secara keseluruhan masih berada di bawah output potensial, artinya permintaan tidak mencukupi.”
Yang masih belum jelas adalah peta jalan seperti apa yang dimiliki Partai Komunis yang berkuasa, untuk menuju pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan. Pada saat dimana angkatan kerja China semakin menua, hubungan dengan Washington sedang buruk, dan penggerak utama perekonomian – pembangunan di sektor perumahan – berada dalam krisis.
Jatuhnya pasar real estat China telah menjadi salah satu faktor utama yang menghambat pemulihan negara tersebut dari guncangan pandemi COVID-19.
Lusinan pengembang gagal membayar utangnya setelah pemerintah menindak pinjaman berlebihan di industri ini beberapa tahun lalu.
Perusahaan properti terbesar, China Evergrande, masih berusaha menyelesaikan utang lebih dari 300 miliar dolar AS.
Penjualan rumah baru dan harga rumah menurun, sehingga membuat konsumen enggan membeli, karena sebagian besar kekayaan keluarga China cenderung terikat pada properti.
Louis Kuijs, Kepala Ahli Ekonomi Asia di S&P Global Ratings menyebut ini berdampak pada sisi ekonomi.
“Jadi kita melihat bagaimana pelemahan di sektor properti tidak hanya berdampak pada sisi investasi dan melemahnya investasi pada perumahan, namun juga bagaimana hal ini berdampak pada sisi konsumsi,” ujar Kuijs.
Your browser doesn’t support HTML5
Sementara itu, perusahaan-perusahaan global telah mengalihkan investasi ke India, Vietnam, dan negara-negara lain untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka dan meminimalkan risiko dari ketegangan politik China-AS. Selain itu juga dari ketidakpastian yang makin mendalam ketika partai berkuasa memperketat kontrol, dan dalam beberapa kasus melakukan penggerebekan terhadap kantor-kantor bisnis asing di China.
Dalam beberapa bulan terakhir, para pengambil kebijakan di China telah memperkenalkan langkah-langkah untuk menopang perekonomian, termasuk mengeluarkan lebih banyak dana untuk pembangunan infrastruktur, memotong suku bunga, dan mengurangi pembatasan pembelian rumah.
Perdana Menteri China Li Qiang diperkirakan akan mengumumkan target resmi pertumbuhan ekonomi tahunan ketika Kongres Rakyat Nasional bersidang pada Selasa di Balai Besar Rakyat Beijing.
Media pemerintah memperkirakan angkanya akan mencapai sekitar 5 persen, setara dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 5,2 persen. Sementara banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan akan jauh lebih lambat yaitu sebesar 4 persen atau kurang. [ns/ab]