China Minta Filipina Pindahkan Kapal AL yang Ditenggelamkan dari Beting yang Disengketakan

Kapal penjaga pantai Filipina berpatroli di dekat kapal angkatan laut BRP Sierra Madre, 23 April 2023, tempat marinir Filipina ditempatkan untuk menegaskan klaim Manila di Laut Cina Selatan yang disengketakan. (Foto: AFP)

China meminta Filipina menyingkirkan kapal angkatan laut yang ditenggelamkan yang digunakan sebagai basis pendudukan dari sebuah beting yang disengketakan di Laut China Selatan.

Permintaan yang diajukan pada Selasa (8/8) dari Beijing itu dikeluarkan tiga hari setelah sebuah kapal Garda Pantai China menembakkan meriam air yang kuat ke arah kapal-kapal Angkatan Laut Filipina yang sedang berlayar menuju Beting Second Thomas untuk misi pengiriman logistik.

Manila mengatakan tindakan Garda Pantai China itu menghalangi satu dari dua kapal pemasok untuk menurunkan pasokan yang diperlukan para tentara Filipina yang menjaga dasar laut dangkal itu di atas kapal angkatan laut yang telah lama terdampar di sana.

Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan pernyataan yang meminta Filipina agar segera menyingkirkan kapal yang tenggelam itu dari Second Thomas dan memulihkan tempat itu ke status tak diduduki seperti sebelumnya.

BACA JUGA: Filipina Panggil Duta Besar China Terkait Serangan Meriam Air

Namun, Jonathan Malaya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Filipina, mengatakan kepada para wartawan pada Senin bahwa Filipina “tidak akan pernah meninggalkan pos kami di Ayungin Shoal,” menggunakan nama Filipina untuk tempat itu.

Insiden ini merupakan gejolak terbaru dalam konflik teritorial lama yang melibatkan China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei di Laut China Selatan.

China praktis mengklaim kepemilikan atas seluruh jalur air strategis tersebut meskipun ada putusan internasional yang membatalkan klaim teritorial Beijing yang luas itu, seperti putusan tahun 2016 yang dikeluarkan Pengadilan Arbitrase Tetap, badan internasional yang berbasis di Den Haag.

Ketegangan antara China dan Filipina atas Laut China Selatan telah meningkat sejak Presiden Ferdinand Marcos Jr. menjabat tahun lalu dan membawa Manila kembali mendekati sekutu lamanya, AS, membalikkan arah kebijakan yang diambil pendahulunya, Rodrigo Duterte. [uh/ab]