China telah mulai melonggarkan kebijakan “nol-COVID” yang ketat. Di antara beberapa perubahan yang diambil setelah protes meluas adalah mengizinkan orang-orang dengan gejala ringan untuk tinggal di rumah dan bukannya dikirim ke pusat karantina.
Dengan begitu banyak orang tinggal di rumah, kota-kota di pusat kota Beijing tampak sangat lengang pada hari Selasa (13/12).
Beberapa universitas di China menyatakan akan mengizinkan mahasiswa untuk menyelesaikan semester ini di rumah dengan harapan dapat mengurangi potensi wabah COVID-19 yang lebih besar pada musim perjalanan Tahun Baru Imlek yang sibuk pada bulan Januari.
Tidak jelas berapa banyak sekolah yang ambil bagian. Tetapi universitas-universitas di Shanghai dan kota-kota di dekatnya mengatakan mahasiswa diberi pilihan untuk kembali ke rumah lebih awal atau tinggal di kampus dan menjalani tes setiap 48 jam. Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada 22 Januari mendatang, biasanya merupakan musim perjalanan tersibuk di China.
Universitas telah sering menjalani lockdown selama tiga tahun ini, kadang-kadang menyebabkan bentrokan antara pihak berwenang dan mahasiswa yang terkurung di kampus atau bahkan di kamar asrama mereka.
Mulai Selasa (13/12), China telah berhenti melacak sejumlah perjalanan, yang berpotensi mengurangi kemungkinan orang dipaksa masuk karantina karena mengunjungi daerah-daerah yang parah dilanda wabah COVID-19.
Meskipun demikian, perbatasan internasional China sebagian besar masih tutup dan tidak ada keterangan mengenai kapan restriksi terhadap pengunjung dari luar negeri dan warga yang ingin bepergian keluar negeri akan dilonggarkan.
Langkah ini menyusul pengumuman dramatis pemerintah pekan lalu mengenai diakhirinya banyak di antara peraturan paling ketat, setelah tiga tahun memberlakukan beberapa di antara restriksi paling ketat di dunia.
Bulan lalu di Beijing dan beberapa kota lainnya, protes terhadap pembatasan itu berkembang menjadi seruan agar pemimpin Xi Jinping dan Partai Komunis mengundurkan diri, suatu pembangkangan publik yang tidak pernah terlihat dalam beberapa dekade ini.
Meskipun dihadapi dengan kelegaan, pelonggaran ini juga memicu kekhawatiran mengenai gelombang baru infeksi yang berpotensi membebani sumber daya perawatan kesehatan di beberapa daerah.
Antrean kecil terbentuk di luar klinik-klinik demam, jumlahnya baru-baru ini meningkat dari 94 menjadi 303 klinik dan apotek-apotek di mana obat pilek dan flu semakin sulit ditemukan.
China melaporkan 7.679 kasus lokal baru hari Selasa (13/12). [uh/ab]