China memerintahkan penangguhan belasan penerbangan terjadwal dari Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir setelah banyak penumpang dinyatakan positif COVID-19 setelah tiba di China.
Regulator penerbangan China telah mewajibkan pembatalan total delapan penerbangan maskapai penumpang AS ke Shanghai di bawah aturan pandemi COVID-19. Kedelapan penerbangan tersebut terdiri dari empat penerbangan yang dijalankan oleh maskapai United Airlines dan masing-masing dua penerbangan dari Delta Air Lines dan American Airlines.
Delta mengatakan pihaknya membatalkan penerbangan dari Detroit ke Shanghai Jumat lalu dan pada Jumat (14/1) mendatang karena aturan Beijing yang mengharuskan "semua maskapai yang terkena dampak," yang penumpangnya terbukti positif mengidap COVID-19, "untuk membatalkan layanan masuk pada penerbangan tertentu menuju China."
Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) juga telah membatalkan setidaknya 22 penerbangan menuju AS lainnya yang dioperasikan oleh maskapai China sejak Desember setelah tes positif COVID-19, termasuk delapan oleh China Southern Airlines Co.
AS menghadapi lonjakan COVID-19 varian omicron yang sangat menular dan pada Senin (10/1) tercatat 132.646 orang dirawat di rumah sakit, melampaui rekor 132.051 yang ditetapkan pada Januari 2021. Jumlah rata-rata kasu baru dala periode selama tujuh hari telah berlipat ganda dalam 10 hari terakhir menjadi 704.000.
AS menghadapi lonjakan COVID-19 varian omicron yang sangat menular dan pada Senin (10/1) tercatat 132.646 orang dirawat di rumah sakit, melampaui rekor 132.051 yang ditetapkan pada Januari 2021. Rata-rata tujuh hari untuk kasus baru telah berlipat ganda dalam 10 hari terakhir menjadi 704.000.
United mengatakanterpaksa membatalkan penerbangan dari San Francisco ke Shanghai yang dijadwalkan pada 15, 19, 22 dan 26 Januari. Maskapai yang berbasis di Chicago ini terbang dari San Francisco ke Shanghai empat kali seminggu.
BACA JUGA: Ekonomi China Bisa Menyalip AS pada 2030Layanan Udara AS-China
Sejak pandemi COVID-19, China dan AS telah berdebat tentang layanan udara.
Pada bulan Agustus, Departemen Transportasi AS (USDOT) membatasi empat penerbangan dari maskapai China hingga 40 persen kapasitas penumpang selama empat minggu setelah Beijing memberlakukan batasan yang sama pada empat penerbangan United Airlines.
China mengatakan kepada United pada Agustus bahwa pihaknya memberlakukan pembatasan pada beberapa penerbangan setelah menuduh lima penumpang yang melakukan perjalanan dari San Francisco ke Shanghai dinyatakan positif COVID-19 pada 21 Juli.
USDOT mengatakan pada Agustus bahwa kebijakan China "menempatkan kesalahan yang tidak semestinya pada operator sehubungan dengan pelancong yang dites positif COVID-19 setelah kedatangan mereka di China."
Departemen mengatakan operator "tidak memiliki sarana untuk memverifikasi secara independen hasil tes positif yang dituduhkan oleh otoritas China."
Perjanjian udara AS-China yang sudah berlangsung lama memungkinkan negara-negara tersebut untuk mengoperasikan lebih dari 100 penerbangan mingguan antara kedua negara, tetapi hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut yang saat ini masih beroperasi.
Mantan Presiden AS Donald Trump pada Januari 2020 melarang hampir semua warga negara non-AS yang telah berada di China dalam 14 hari terakhir untuk bepergian ke AS.
Presiden Joe Biden pada November mencabut pembatasan perjalanan ke China bagi turis yang telah divaksinasi lengkap. [ah/rs]