China dan Prancis telah bereaksi dengan marah terhadap kesepakatan antara Amerika Serikat dan Inggris untuk membantu Australia mengembangkan armada kapal selam bertenaga nuklir sebagai bagian dari kemitraan keamanan trilateral baru yang berfokus pada kawasan Indo-Pasifik.
Trio itu akan dikenal dengan singkatan AUKUS.
Biden, Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menekankan bahwa kapal-kapal selam bertenaga nuklir itu nantinya tidak akan membawa senjata nuklir.
PM Johnson mengatakan negaranya akan memainkan peran penting dalam berbagi pengetahuan dengan Australia, bekas jajahan Inggris yang tetap berada dalam Persemakmuran, sebuah organisasi yang dipimpin oleh Ratu Elizabeth II.
BACA JUGA: AS, Inggris dan Australia Bentuk Aliansi AUKUS, Saling Bantu dalam Pengembangan Kekuatan MiliterPerjanjian ini, katanya, “akan memanfaatkan keahlian yang telah diperoleh Inggris selama beberapa generasi sejak peluncuran kapal selam nuklir pertama Angkatan Laut Kerajaan Inggris lebih dari 60 tahun yang lalu.”
Kemitraan baru ini akan memungkinkan ketiga negara untuk berbagi informasi dan keahlian dengan lebih mudah di bidang teknologi utama seperti kecerdasan buatan, teknologi siber, teknologi kuantum, sistem bawah air, dan kemampuan serangan jarak jauh.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian Kamis (16/9) memperingatkan dalam konferensi pers di Beijing bahwa perjanjian itu “sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional.” Dia menuduh ketiga negara terlibat dalam “perilaku yang sangat tidak bertanggung jawab” dan mendesak agar ketiga negara “meninggalkan mentalitas Perang Dingin mereka.”
PM Morrison juga mengumumkan bahwa Australia membatalkan kontrak senilai $43 miliar dengan Prancis untuk mengakuisisi selusin kapal selam konvensional terbesar di dunia karena lebih memilih kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi Amerika. Dia mengatakan bahwa teknologi AS tidak tersedia pada tahun 2016 ketika kontrak tersebut ditandatangani.
BACA JUGA: Perancis Kecam Australia Terkait Kontrak Pembuatan Kapal SelamMenteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menanggapi pembatalan tersebut, dengan mengatakan kepada jaringan radio Franceinfo bahwa Australia mengkhianati negaranya.
“Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan oleh Presiden Trump,” kata Le Drian. “Saya marah dan getir. Hal seperti ini tidak dilakukan antar sekutu.”
Hanya dua minggu yang lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyuarakan optimisme tentang hubungan masa depan dengan Australia ketika dia menjamu Morrison pada saat Prancis dan Australia menegaskan kembali kesepakatan itu. [lt/jm]