China Serukan Pembicaraan Damai Ukraina-Rusia

Bendera China dan Rusia dalam sebuah ilustrasi. China berharap akan ada solusi damai bagi konflik di Ukraina serta mendesak Rusia dan Ukraina agar merundingkan perdamaian. (Foto: REUTERS/Florence Lo)

China berharap akan ada solusi damai bagi konflik di Ukraina serta mendesak Rusia dan Ukraina agar merundingkan perdamaian, kata menteri luar negeri China kepada sejawatnya dari Ukraina dalam percakapan telepon pada Kamis (16/3).

Kementerian Luar Negeri China mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa Qin Gang mengatakan kepada Dmytro Kuleba bahwa China “telah berkomitmen sendiri untuk mempromosikan perdamaian dan memajukan perundingan serta meminta masyarakat internasional agar menciptakan kondisi bagi pembicaraan perdamaian.”

Menteri Luar Negeri China Qin Gang memegang buku Konstitusi China pada konferensi pers di sela-sela Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Beijing, China, 7 Maret 2023. (Foto: REUTERS/Thomas Peter)

Qin juga mengatakan “China berharap semua pihak akan tetap tenang, rasional dan menahan diri,” menurut pernyataan itu. Invasi Rusia terhadap Ukraina telah berlangsung lebih dari satu tahun.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris dalam berita intelijen terbarunya mengatakan, militer Rusia dan pasukan paramiliter Wagner baru-baru ini telah merebut posisi menguntungkan di bagian barat Sungai Bakhmutka di kota Bakhmut.

Sungai tersebut baru-baru ini menjadi garis depan pertempuran dalam perang di kota di kawasan Donbas itu. Pasukan Ukraina terus mempertahankan bagian barat kota itu, kata laporan itu.

BACA JUGA: PM Inggris Khawatir Jika China Beri Senjata ke Rusia

Sementara itu, laporan tersebut juga mengatakan Rusia melakukan ofensif lokal dalam jumlah terendah sejak Januari.

“Ini kemungkinan besar karena pasukan Rusia untuk sementara telah menghabiskan kekuatan tempur mereka sedemikian rupa sehingga bahkan aksi ofensif lokal pun tidak dapat dipertahankan,” lanjut laporan itu.

Rusia kemungkinan besar akan meningkatkan “potensi ofensif” mereka begitu personel dan cadangan amunisi mereka diisi kembali. Setelah itu, kata kementerian pertahanan Inggris, barulah komandan Rusia “kemungkinan besar akan terpaksa memilih antara melancarkan operasi ofensif dan melakukan pertahanan yang kredibel secara penuh.” [uh/ab]