China mendesak semua pihak pada Rabu (22/11) untuk tetap “tenang dan menahan diri” setelah Korea Utara mengatakan pihaknya berhasil menempatkan satelit mata-mata militer di orbit, yang memicu kecaman dari Amerika Serikat dan Korea Selatan.
“Semua pihak terkait harus tetap tenang dan menahan diri, melihat secara langsung inti permasalahan, mematuhi arahan umum penyelesaian politik, dan berbuat lebih banyak untuk membantu meredakan ketegangan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning saat ditanya mengenai peluncuran tersebut.
Korea Selatan menyatakan akan menangguhkan sebagian perjanjian pengurangan ketegangan antar-Korea tahun 2018 setelah Korea Utara mengatakan pihaknya meluncurkan satelit mata-mata militer yang melanggar larangan PBB, kata para pejabat Seoul.
Pengumuman Korea Selatan – yang mungkin akan membuat marah Korea Utara – muncul beberapa jam setelah Korea Utara mengklaim telah berhasil menempatkan satelit pengintai militer ke orbit dalam upaya peluncuran ketiganya tahun ini.
Klaim Korea Utara belum bisa diverifikasi secara independen. Pentagon menyatakan masih mengevaluasi keberhasilan peluncuran tersebut, sedangkan Jepang menyatakan belum ada konfirmasi satelit Korea Utara memasuki orbit. Meski demikian, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mengecam kegiatan peluncuran Korea Utara itu, yang mereka yakini dimaksudkan untuk meningkatkan teknologi rudal negara tersebut serta membangun sistem pengawasan berbasis ruang angkasa.
Korea Utara mengatakan mereka mempunyai hak yang sah untuk meluncurkan satelit mata-mata guna mengatasi apa yang mereka sebut sebagai peningkatan ancaman yang dipimpin Amerika. Namun resolusi Dewan Keamanan PBB masih melarang peluncuran satelit apa pun oleh Korea Utara, karena menganggap hal tersebut sebagai kedok untuk menguji teknologi rudal jarak jauhnya.
BACA JUGA: Korea Utara Merilis Foto-foto Peluncuran Satelit Mata-matanyaHeo Tae-keun, Wakil Menteri Kebijakan Pertahanan Nasional Korea Selatan, mengatakan pada konferensi pers yang disiarkan televisi bahwa peluncuran satelit terbaru Korea Utara tidak hanya merupakan pelanggaran nyata terhadap resolusi PBB, tetapi juga “sebuah provokasi besar yang mengancam keamanan nasional kita.”
Heo mengatakan Korea Selatan akan merespons dengan menangguhkan sebagian perjanjian pengurangan ketegangan antar-Korea pada 2018 pada Rabu malam untuk melanjutkan aktivitas pengawasan udara di perbatasan. Ia mengatakan keputusan itu disetujui pada pertemuan Dewan Kabinet Korea Selatan pada Rabu pagi.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan aliansi militer yang kuat dengan AS, Korea Selatan akan “segera dan menghukum keras” Korea Utara jika negara tersebut menggunakan langkah terbaru Korea Selatan itu sebagai alasan untuk melancarkan provokasi lainnya. [ab/uh]