China Susun Rencana Aksi untuk Dongkrak Ambisi Piala Dunia

China mendorong kota-kota utamanya untuk mendirikan dua atau lebih klub sepak bola profesional pria dan wanita.  (Foto: ilustrasi)

China akan membangun pusat-pusat baru pelatihan pemuda dan mendorong kota-kota utamanya untuk mendirikan dua atau lebih klub sepak bola profesional pria dan wanita.

Rencana itu diumumkan Otoritas Olahraga China (GAS), Jumat (28/5), sebagai bagian dari upaya negara itu untuk meningkatkan standar-standar permainannya dan menjadi salah satu kekuatan dunia untuk jenis olahraga itu.

Presiden Xi Jinping, seorang penggemar sepak bola, telah berjanji untuk mengubah China menjadi kekuatan sepak bola dunia, dan ingin negara tersebut menjadi tuan rumah dan memenangkan Piala Dunia sebelum 2050.

GAS berjanji akan belajar dari pengalaman domestik dan asing untuk mendorong partisipasi, meningkatkan tata kelola, dan membangun infrastruktur, yang menargetkan setidaknya satu lapangan sepak bola per 10.000 orang pada tahun 2025.

Badan itu mengatakan akan menawarkan dukungan kebijakan untuk membawa liga-liga sepak bola China ke standar kelas satu Asia pada tahun 2030.

GAS juga berjanji untuk mempromosikan sepak bola profesional wanita dan mendorong model investasi yang beragam yang melibatkan perusahaan negara dan swasta, organisasi sosial dan individu.

Terlepas dari ambisi China, tim nasional sepak bola putra negara itu belum menunjukkan kemampuan yang berarti. Mereka hanya pernah lolos satu kali ke putaran final Piala Dunia pada tahun 2002 dan sekarang mendekam di peringkat 77 FIFA, di belakang negara-negara yang lebih kecil seperti Cape Verde.

"Banyak dari program reformasi sepak bola China yang sedang berlangsung bertujuan baik dan bahkan sangat masuk akal, di atas kertas, dari perspektif sepak bola," kata Cameron Wilson, editor pendiri situs web Wild East Football, yang mengikuti perkembangan sepak bola China.

"Tapi reformasi itu tidak memiliki banyak peluang untuk meningkatkan secara signifikan keberuntungan sepak bola China karena mereka tidak mengatasi masalah yang mendalam dan sistematis di negara itu yang mencegah sepak bola berkembang secara organik, seperti yang terjadi di negara-negara yang terkenal dengan prestasi sepak bola mereka,” tambahnya. [ab/uh]