China, sekutu paling kuat Rusia, tampak menahan diri dalam reaksi awalnya terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Negara itu tidak banyak memberi dukungan langsung karena sebagian besar dunia berusaha mengisolasi Rusia secara ekonomi dan diplomatik.
Pada konferensi pers Kamis (24/2), juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mengatakan, “Kami mengimbau semua pihak agar menahan diri dan mencegah situasi menjadi tidak terkendali."
Seorang diplomat asing yang berbasis di Beijing mengatakan pernyataan itu konsisten dengan pernyataan China baru-baru ini tentang krisis Ukraina. Tetapi ia mengaku terkejut karena Hua tidak menjanjikan bantuan lebih banyak bagi Rusia yang akan menghadapi apa yang dikatakan para pemimpin Barat sanksi ekonomi yang akan menghancurkan.
Namun demikian, ada tanda-tanda bahwa China akan membantu Moskow mengurangi imbas sanksi itu, sebagian di antaranya telah diumumkan. Departemen Bea Cukai China merilis pesanan baru yang ditandatangani Rabu (23/2) untuk membeli gandum Rusia.
Kedua negara telah mengumumkan kesepakatan perdagangan untuk penjualan gandum dan jelai ke China pada 8 Februari. Mereka mengumumkan transaksi itu bahkan ketika pasukan dan tank-tank Rusia masuk ke Ukraina.
BACA JUGA: Tanggapi Invasi Rusia, NATO Perkuat Kehadiran Militer di Eropa TimurDalam konferensi pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri berbeda pendapat dengan wartawan Barat mengenai apakah aksi militer Rusia harus disebut invasi. "Soal definisi invasi, menurut saya kita harus kembali ke cara melihat situasi saat ini di Ukraina. Masalah Ukraina memiliki latar belakang sejarah yang sangat rumit yang berlanjut hingga kini. Mungkin tidak semua orang ingin melihatnya," katanya.
Pakar China lainnya menyampaikan hal serupa yang dibuat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Rusia hanya menanggapi agresi Barat dan perlakuan buruk terhadap populasi berbahasa Rusia di Ukraina.[ka/lt]