China, Rabu (10/3) menuduh duta besar Inggris untuk Beijing menulis artikel membela kebebasan pers yang memuat “pernyataan tak bertanggung jawab mengenai media dan sistem China.”
Duta Besar Inggris untuk China Caroline Wilson, dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri China hari Selasa (9/3), terkait artikelnya yang diposting di platform media sosial China WeChat sepekan silam, yang membela peran media internasional di China sebagai “pengawas.”
Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri, mengatakan dalam pengarahan harian bahwa artikel itu mencampuri urusan dalam negeri China dan mengungkapkan “standar ganda yang konsisten dan bias ideologi yang mendalam” dari duta besar tersebut.
Zhao mengatakan para diplomat harus mematuhi prinsip “tidak mencampuri urusan internal negara-negara di mana mereka ditempatkan.”
Ini terjadi di tengah ketegangan hubungan antara China dan Inggris mengenai berbagai isu sekitar HAM, Hong Kong dan Media.
Zhao juga membalas pernyataan Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengenai Xinjiang, dengan mengatakan pernyataan itu “tidak berdasarkan fakta” dan akan “merusak kredibilitas dan citra” AS.
Price mengatakan pada hari Selasa bahwa AS belum melihat apapun yang akan mengubah keputusannya bahwa China melakukan genosida terhadap minoritas Uighur di Xinjiang, kawasan di China Barat.
Zhao juga bereaksi terhadap pernyataan Phil Davidson, Laksamana AS yang memimpin Komando Indo-Pasifik AS, yang diberitakan menyatakan ia meyakini Beijing dapat mengambil kendali atas Taiwan dalam enam tahun mendatang.
Ia mengatakan seseorang di AS menggunakan isu Taiwan sebagai “alasan” bagi negara itu untuk “meningkatkan belanja pertahanan, membangun kekuatan militer dan mencampuri urusan regional.” [uh/ab]