Pejabat kesehatan nasional China, Jumat (25/3), mengatakan negara itu terus memerangi wabah pandemi COVID-19 terburuk dengan 56.000 lebih kasus baru sejak 1 Maret.
Para pejabat saat jumpa pers di Beijing mengatakan separuh lebih dari kasus-kasus itu terjadi di provinsi timur laut, Jilin dan termasuk kasus-kasus tanpa gejala.
Pada pengarahan yang sama di Beijing, ahli penyakit menular dari Pusat Pengendalian Penyakit China, Wu Zunyou, mengatakan para pejabat menganggap, apa yang disebut sebagai strategi "nol-COVID" masih menjadi "strategi pencegahan paling ekonomis dan paling efektif melawan COVID-19. ”
Strategi tersebut bergantung pada penutupan wilayah dan tes massal, dimana kontak dekat acapkali dikarantina di rumah atau di pusat fasilitas pemerintah. Pejabat kesehatan mengatakan mereka meluncurkan pengujian antigen cepat untuk melengkapi strategi pengujian massal saat ini. Strategi tersebut diterapkan di kota terbesar China, Shanghai, yang pekan ini mencatat rekor jumlah kasus tertinggi dalam lonjakan varian omicron yang sangat menular.
BACA JUGA: April, Hong Kong akan Cabut Larangan Penerbangan dari 9 NegaraSementara itu, Korea Selatan, negara di dekatnya juga menghadapi wabah pandemi COVID-19 terburuk, dengan hampir 9 juta kasus dilaporkan sejak awal Februari. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), Jumat melaporkan 339.514 kasus baru, turun dari 395.597 pada Kamis dan 490.881 pada Rabu, yang merupakan beban kasus harian tertinggi kedua pandemi.
Negara ini mencapai rekor tertinggi sepanjang masa untuk kasus harian pada Kamis sebelumnya, dengan 621.205 kasus. Para pejabat mengatakan infeksi baru pada hari Jumat menambah total kasus Korea Selatan menjadi 11.162.232, untuk pandemi.
BACA JUGA: Korsel Laporkan Rekor Baru Jumlah Kematian di Tengah Lonjakan OmicronSementara itu, regulator obat Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA) pada Kamis mengumumkan merekomendasikan obat antibodi yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris-Swedia AstraZeneca agar diizinkan untuk digunakan untuk mencegah COVID-19 pada orang dewasa dan remaja berusia 12 tahun ke atas.
Dalam sebuah pernyataan, EMA menganjurkan obat baru, yang dipasarkan sebagai Evusheld, untuk diberikan kepada orang-orang sebelum mereka terpapar COVID-19, guna mencegah infeksi di masa depan. Badan tersebut mengutip data dari sebuah penelitian yang menunjukkan obat itu 77 persen efektif dalam mencegah infeksi, meskipun mereka mengatakan obat itu mungkin kurang efektif terhadap varian omicron.
Badan eksekutif UE, Komisi Eropa, akan mempertimbangkan obat itu untuk disetujui. Badan Makanan dan Obat-obatan A.S. pada bulan Desember mengizinkan penggunaan Evusheld untuk orang-orang yang memiliki masalah kesehatan serius atau alergi, yang tidak bisa mendapatkan perlindungan yang memadai dari vaksinasi. Inggris, mengizinkan penggunaannya minggu lalu. [my/pp]