Beijing mengecam Washington, Rabu (5/6) setelah diplomat tertinggi AS Antony Blinken bersumpah tidak akan pernah melupakan tindakan keras di Lapangan Tiananmen 35 tahun lalu.
“Langkah AS secara serius mencampuri urusan dalam negeri China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning.
“China sangat tidak puas dan dengan tegas menentangnya,” tambahnya.
Dia meminta Amerika Serikat untuk “berhenti memprovokasi konfrontasi ideologis, dan berhenti mencampuri urusan dalam negeri China dengan dalih hak asasi manusia.”
Militer dan tank-tank China secara paksa membubarkan protes damai di Lapangan Tiananmen Beijing pada tanggal 4 Juni 1989, untuk meredam demonstrasi besar-besaran selama berminggu-minggu yang menuntut kebebasan politik yang lebih besar.
Jumlah korban tidak diketahui pasti tetapi ratusan orang diperkirakan meninggal, dengan beberapa perkiraan menyebutkan angkanya lebih dari 1.000 orang. Para pemimpin China sejak itu berusaha untuk menghapus segala penyebutan tindakan keras tersebut di depan umum.
Beijing pada hari Rabu menegaskan pihaknya “telah membuat kesimpulan yang jelas mengenai gejolak politik yang terjadi pada tahun 1980-an.”
“Kami mendesak AS untuk segera memperbaiki kesalahannya (dan) benar-benar menghormati kedaulatan dan upaya pembangunan China,” katanya.
Pada hari Selasa, Blinken – yang telah mengunjungi Beijing dua kali sejak tahun lalu – menyebut peristiwa di Lapangan Tiananmen sebagai “pembantaian”.
“Ketika Beijing berupaya untuk menekan kenangan tanggal 4 Juni, Amerika Serikat menyatakan solidaritas dengan mereka yang melanjutkan perjuangan hak asasi manusia dan kebebasan individu,” katanya dalam sebuah pernyataan. [ab/uh]