China Tuding AS Tanam Benih Permusuhan di Laut China Selatan

Kapal induk AS, USS Ronald Reagan (CVN 76) dan USS Nimitz (CVN 68) Carrier Strike Groups di Laut Cina Selatan, Senin, 6 Juli 2020. (Foto courtesy: Angkatan Laut AS)

China, Selasa (14/7), menggambarkan penolakan AS atas klaim maritim Beijing di Laut China Selatan sepenuhnya tidak bisa dibenarkan. China juga menuduh AS berusaha menanam benih permusuhan antara Beijing dan negara-negara Asia Tenggara yang terlibat sengketa wilayah dengan Beijing.

Kedubes China di Washington mengatakan bahwa pernyataan yang dikeluarkan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sehari sebelumnya dengan sengaja memutarbalikkan fakta dan mengabaikan usaha-usaha yang digelar China dan negara-negara lain untuk mewujudkan perdamaian dan kestabilan di Laut China Selatan.

“Amerika Serikat bukanlah negara yang terlibat langsung dalam pertikaian itu. Namun Amerika Serikat terus mencampuri isu tersebut,” kata Kedubes itu di situs internetnya. “Berpura-pura berusaha memelihara stabilitas, Amerika Serikat melangsungkan unjuk kekuatan, menghasut ketegangan dan memicu konfrontasi di kawasan itu.”

Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengatakan, Senin (13/7), klaim China atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan sepenuhnya melanggar hukum. “China tidak memiliki alasan hukum untuk memaksakan kehendaknya secara sepihak pada kawasan itu,” katanya.

Ini merupakan kali pertama Washington “secara eksplisit” mendukung substansi putusan yang mengikat oleh Mahkamah Arbitrase Permanen di Den Haag empat tahun lalu.

Mahkamah Arbitrase Permanen yang berpusat di Den Haag, dalam keputusan yang mengikat yang dikeluarkan 12 Juli 2016, menolak klaim maritim China karena tidak memiliki dasar dalam hukum internasional. China tidak menerima keputusan itu.

China memiliki klaim wilayah yang tumpang tindih di Laut China Selatan dengan Brunei, Malaysia, Taiwan, Vietnam, Indonesia, dan Filipina. [ab/uh]