Chris Christie Mundur dari Pencalonan Presiden Partai Republik sebelum Kaukus Iowa

  • Associated Press

Chris Christie, mantan gubernur New Jersey, berbicara dalam sebuah kampanye di Windham, New Hampshire, pada 10 Januari 2024. (Foto: AP/Robert F. Bukaty)

Mantan Gubernur New Jersey Chris Christie, pada Rabu (10/1), mengatakan bahwa ia mengakhiri pencalonannya sebagai presiden dari Partai Republik hanya beberapa hari sebelum kaukus pendahuluan di Iowa, dalam upaya terakhirnya untuk menolak peluang Donald Trump mencalonkan diri sebagai Presiden.

“Tujuan saya bukan sekedar menyuarakan kebencian dan perpecahan serta keegoisan partai kita di bawah kepemimpinan Donald Trump,” kata Christie di balai kota di New Hampshire.

“Saya selalu mengatakan bahwa jika ada suatu titik dalam persaingan ini di mana saya tidak dapat melihat jalan untuk mencapai tujuan tersebut, maka saya akan keluar,” katanya. “Dan jelas bagi saya malam ini bahwa tidak ada jalan bagi saya untuk memenangkan pencalonan itulah sebabnya saya menghentikan kampanye saya malam ini untuk menjadi presiden Amerika Serikat.”

Tidak jelas apakah Christie akan segera mendukung salah satu pesaingnya, namun ia terdengar mengkritik mantan Duta Besar PBB Nikki Haley dalam siaran langsung yang disiapkan oleh tim kampanyenya menjelang acara tersebut.

“Dia akan kalah dalam pertarungan,”kata Christie. “Dia tidak siap melakukan ini.”

BACA JUGA: Debat Terakhir Kandidat Capres Partai Republik AS, Trump Kembali Absen

Dia mengatakan Gubernur Florida Ron DeSantis telah menghubunginya, takut dia akan mendukung Haley, tetapi mikrofon yang bocor itu dimatikan sebelum Christie selesai berbicara.

Pengunduran diri ini merupakan suatu kejutan, mengingat Christie telah mempertaruhkan keberhasilan kampanyenya pada pemilihan pendahuluan pertama di New Hampshire, yang akan berlangsung kurang dari dua minggu.

Baru pada Selasa (9/1) malam ia menegaskan bahwa dirinya tidak berencana untuk mundur dari pencalonan, dan terus menempatkan dirinya sebagai satu-satunya kandidat yang bersedia untuk langsung melawan Trump.

“Saya dengan senang hati akan membantu seseorang yang benar-benar mencalonkan diri melawan Donald Trump,” katanya di balai kota di Rochester, New Hampshire, sambil berargumentasi bahwa tidak ada saingannya yang melakukan itu.

“Saya cukup terkenal. … Saya punya banyak gelar … Satu-satunya alasan untuk melakukan ini adalah untuk menang,” tambahnya. “Jadi, saya dengan senang hati akan membantu seseorang jika mereka benar-benar menentang Donald Trump.”

Namun Christie menghadapi kenyataan pahit: Meskipun jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa dia mencapai dua digit di New Hampshire, Haley menunjukkan tanda-tanda momentum. Jajak pendapat CNN/UNH yang dilakukan di negara bagian tersebut minggu ini menunjukkan bahwa keunggulan Trump hanya tinggal satu digit, dengan empat diantara 10 pemilih pemilu pendahuluan Partai Republik memilih Trump dan sekitar sepertiganya kini memilih Haley.

Chris Christie, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur New Jersey, mendengarkan Presiden AS kala itu Donald Trump berbicara dalam pertemuan di Gedung Putih, Washington, pada 29 Maret 2017. (Foto: AP/Evan Vucci)

Sekutu Haley, termasuk Gubernur New Hampshire Chris Sununu dan anggota Partai Republik anti-Trump lainnya, telah mendesak Christie untuk mundur, dengan harapan sebagian besar pendukungnya akan berbondong-bondong mendukung Haley, sehingga memberinya kesempatan untuk mengubah persaingan menjadi persaingan dua kandidat dengan Trump, yang sangat difavoritkan untuk pencalonan Partai tersebut.

Jajak pendapat di New Hampshire – yang menunjukkan Christie mendapat 12% – mendapati sekitar dua pertiga pendukungnya akan memilih Haley sebagai pilihan kedua mereka.

Christie pernah mencalonkan diri sebagai kritikus paling sengit terhadap mantan presiden yang menjadi calon terdepan dari Partai Republik. Ia memperingatkan para pemilih agar tidak mencalonkan kandidat yang sudah empat kali didakwa melakukan tindak pidana dan kemungkinan besar akan menyandang status kriminal pada pemilihan umum bulan November mendatang. Dan dia berpendapat Trump akan kalah dalam persaingan ulang dengan Presiden Joe Biden, yang kemungkinan besar akan menjadi calon dari Partai Demokrat

Meskipun pesan anti-Trump yang ia sampaikan menarik banyak perhatian media dan membantu mendatangkan gelombang sumbangan dalam jumlah kecil yang membuatnya bertahan dalam persaingan – dan berada di panggung debat – jauh lebih lama dari perkiraan banyak orang, Christie terganggu oleh tingginya peringkat yang tidak menyukainya di sebuah partai yang tetap sangat loyal kepada Trump.

Dia juga tetap terperosok dalam satu digit dalam jajak pendapat nasional.

Meskipun demikian, Christie berhasil bertahan lebih lama dari kandidat yang lebih terkenal dan memiliki dana lebih besar, termasuk mantan Wakil Presiden Mike Pence dan Senator Tim Scott dari South Carolina , sebagian karena ia menjalankan kampanye yang hemat. Alih-alih terbang dengan jet pribadi dan menyewa sejumlah konsultan mahal, ia mengandalkan staf yang terdiri dari belasan orang dan memiliki "tingkat kejenuhan" yang jauh lebih rendah dibandingkan pesaingnya seperti seperti DeSantis, menganggarkan biaya yang jauh lebih sedikit per harinya.

Mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley (kanan) dan Gubernur Florida Ron DeSantis saling tunjuk dalam sesi debat kandidat presiden dari Partai Republik yang digelar di Drake University di Des Moines, Iowa, pada 10 Januari 2024. (Foto: AP/Andrew Harnik)

Dan seperti yang ia lakukan ketika mencalonkan diri pada tahun 2016, Christie mengandalkan kampanyenya di New Hampshire, percaya bahwa gaya kampanyenya yang blak-blakan, “menyampaikan apa adanya” akan diterima oleh para pemilih yang lebih independen di negara bagian tersebut, termasuk mereka yang tidak terafiliasi dengan sebuah partai dan bisa memilih dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik.

Dia juga berkampanye di South Carolina dan berharap menjadi orang terakhir yang melawan Trump setelah pemilu awal di tingkat negara bagian itu.

Christie telah lama menegaskan bahwa dia tidak berencana untuk meninggalkan pemilu sebelum pemilihan pendahuluan di New Hampshire pada tanggal 23 Januari dan tampaknya berada di jalur yang tepat untuk tampil lebih baik daripada tahun 2016, ketika dia terpuruk di posisi keenam dengan hanya 7% suara.

Pada kampanye hari Selasa, dia menyampaikan bantahan dengan kata-kata yang tajam kepada mereka yang menyerukan agar dia keluar untuk membuka jalan bagi Haley, dengan alasan bahwa Haley bahkan tidak berusaha untuk mengalahkan kandidat unggulan.

“Saya tidak tertarik menjadi hambatan bagi seseorang yang ingin mengalahkan Donald Trump,” ujarnya. “Tetapi jika Anda bersedia menjadi wakil presidennya (Trump.red). Jika Anda mau memaafkannya bila Anda menjadi presiden. Jika Anda memilihnya bahkan jika dia seorang terpidana penjahat... yang benar saja?”

Christie meminta hadirin untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika dia keluar untuk mendukung Haley dan kemudian Haley setuju untuk menjadi pasangan Trump.

“Apa jadinya saya?” tanyanya. “Saya melakukan kesalahan itu delapan tahun lalu. Saya membuat keputusan dukungan berdasarkan politik delapan tahun lalu ketika saya mendukung Trump. Saya tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Tidak bisa melakukannya.”

BACA JUGA: Mike Pence: Warga AS Akan Bersatu Perjuangkan Konstitusi

Kampanye tersebut dalam banyak hal terasa seperti misi penebusan kesalahan bagi sang mantan gubernur, yang bisa dikatakan melakukan lebih dari anggota Partai Republik manapun dalam membantu Trump memenangkan kursi kepresidenan ketika mereka saling berhadapan pada tahun 2016.

Dalam persaingan tersebut, Christie memberikan pukulan fatal kepada Marco Rubio, saingan presiden lainnya pada tahun 2016, dalam debat yang terjadi tepat ketika kelompok Partai Republik tampaknya bersatu mendukung senator dari Florida sebagai alternatif Trump. Tidak ada kandidat lain yang muncul menggantikannya.

Kemudian, setelah Christie keluar dari persaingan, ia menjadi tokoh besar Partai Republik pertama yang mendukung Trump dalam konferensi pers yang mengejutkan. Dia kemudian memimpin operasi transisi Trump di Gedung Putih – sebelum dipecat begitu saja – dan menjabat sebagai penasihat, termasuk silih berganti mempersiapkan Trump untuk debat tersebut.

Dalam salah satu sesi persiapan debat tahun 2020, Christie yakin Trump menularinya COVID-19, sehingga Christie harus dirawat di rumah sakit dan dirawat secara intensif.

Namun baru pada malam pemilu tahun 2020, Christie, yang telah berteman dengan Trump dan istrinya selama 20 tahun, memutuskan hubungan dengan presiden setelah Trump secara keliru mengklaim kemenangan jauh sebelum semua suara dihitung. Christie kemudian menulis sebuah buku yang sangat kritis terhadap Trump.

Di luar fokusnya pada Trump, Christie berpendapat bahwa pembatasan aborsi harus diserahkan kepada negara bagian sampai ada konsensus yang lebih luas mengenai masalah ini, dan dia menganjurkan agar AS terus mendukung Ukraina dalam upayanya mencegah invasi Rusia. Dia mengunjungi Ukraina dan Israel, di mana dia mengunjungi kibbutz yang hancur pada tanggal 7 Oktober akibat serangan militan Hamas dan mengatakan AS harus berdiri “bahu-membahu” dengan Israel. [my/rs]