Ratusan juta orang di dunia, terutama di negara-negara berkembang, menghadapi risiko terpapar polusi zat beracun.
Dua tempat di Indonesia masuk dalam daftar 10 besar tempat-tempat dengan polusi terburuk di dunia pada 2013 yang diterbitkan Senin (4/11) oleh lembaga-lembaga lingkungan hidup di Amerika Serikat dan Eropa.
Blacksmith Institute dari AS dan Green Cross Switzerland memasukkan ke dalam daftar tersebut bantaran sungai Citarum di Jawa Barat, yang merupakan tempat tinggal sekitar sembilan juta orang dan juga lokasi sekitar 2.000 pabrik.
Sungai itu, yang digunakan diantaranya untuk konsumsi manusia dan untuk irigasi sawah, tercemar aneka ragam zat beracun, termasuk logam aluminium dan mangan. Uji air minum di sungai tersebut menunjukkan bahwa kandungan timbal di dalamnya 1.000 kali lebih tinggi daripada yang diperbolehkan dalam standar-standar di Amerika Serikat, menurut laporan tersebut.
Daerah lain yang termasuk dalam daftar adalah Kalimantan, akibat penambangan emas skala kecil yang meluas di pulau itu. Di Kalimantan Tengah dan Selatan, tambang emas skala kecil (ASGM) merupakan sumber pendapatan utama bagi 43.000 orang.
Sebagian besar penambang ini menggunakan merkuri atau air raksa dalam proses ekstraksi emas, menyumbangkan emisi global dalam persentase besar dari logam berbahaya tersebut setiap tahun.
Ini untuk pertama kalinya Indonesia masuk ke dalam daftar ini, yang dibuat berdasarkan lebih dari 2.000 penilaian risiko dari tempat-tempat yang terkontaminasi di 49 negara.
Richard Fuller, yang mengepalai Blacksmith Institute, mengatakan Senin bahwa ratusan juta orang di dunia berisiko terpapar polusi zat beracun.
“Kami memperkirakan bahwa kesehatan lebih dari 200 juta orang berisiko akibat pencemaran di negara-negara berkembang,” ujarnya.
Selain Indonesia, Agbogbloshie di ibukota Ghana, Accra, juga untuk pertama kalinya masuk dalam daftar ini. Agbogbloshie adalah tempat terbesar kedua di Afrika Barat untuk memproses sampah elektronik, membakar kabel-kabel yang mengandung tembaga dan logam berat lainnya yang mengancam kesehatan.
Sampel-sampel tanah dari sekitar tempat ini memperlihatkan konsentrasi logam beracun yang 45 kali lebih tinggi daripada tingkat yang dapat diterima, menurut laporan tersebut.
“Sampah elektronik akan menjadi tantangan besar karena pertumbuhannya. Semua orang ingin komputer, laptop, peralatan elektronik, jadi hal ini merupakan puncak gunung es,” ujar direktor riset Blacksmit, Jack Caravanos.
Tempat-tempat lainnya dalam daftar ini adalah Hazaribagh di Bangladesh, delta Sungai Niger di Nigeria, bantaran Sungai Matanza-Riachuelo di Argentina, serta beberapa daerah industri di bekas Uni Soviet, serta kota penambangan timbal di Zambia, Kabwe.
Tidak seperti daftar sebelumnya yang diterbitkan 2007, yang didominasi oleh kota-kota di China dan India, kedua negara ini tidak masuk dalam daftar tahun ini karena ada gerakan cukup kuat untuk membersihkan pencemaran, menurut laporan tersebut. (AFP)
Blacksmith Institute dari AS dan Green Cross Switzerland memasukkan ke dalam daftar tersebut bantaran sungai Citarum di Jawa Barat, yang merupakan tempat tinggal sekitar sembilan juta orang dan juga lokasi sekitar 2.000 pabrik.
Sungai itu, yang digunakan diantaranya untuk konsumsi manusia dan untuk irigasi sawah, tercemar aneka ragam zat beracun, termasuk logam aluminium dan mangan. Uji air minum di sungai tersebut menunjukkan bahwa kandungan timbal di dalamnya 1.000 kali lebih tinggi daripada yang diperbolehkan dalam standar-standar di Amerika Serikat, menurut laporan tersebut.
Daerah lain yang termasuk dalam daftar adalah Kalimantan, akibat penambangan emas skala kecil yang meluas di pulau itu. Di Kalimantan Tengah dan Selatan, tambang emas skala kecil (ASGM) merupakan sumber pendapatan utama bagi 43.000 orang.
Sebagian besar penambang ini menggunakan merkuri atau air raksa dalam proses ekstraksi emas, menyumbangkan emisi global dalam persentase besar dari logam berbahaya tersebut setiap tahun.
Ini untuk pertama kalinya Indonesia masuk ke dalam daftar ini, yang dibuat berdasarkan lebih dari 2.000 penilaian risiko dari tempat-tempat yang terkontaminasi di 49 negara.
Richard Fuller, yang mengepalai Blacksmith Institute, mengatakan Senin bahwa ratusan juta orang di dunia berisiko terpapar polusi zat beracun.
“Kami memperkirakan bahwa kesehatan lebih dari 200 juta orang berisiko akibat pencemaran di negara-negara berkembang,” ujarnya.
Selain Indonesia, Agbogbloshie di ibukota Ghana, Accra, juga untuk pertama kalinya masuk dalam daftar ini. Agbogbloshie adalah tempat terbesar kedua di Afrika Barat untuk memproses sampah elektronik, membakar kabel-kabel yang mengandung tembaga dan logam berat lainnya yang mengancam kesehatan.
Sampel-sampel tanah dari sekitar tempat ini memperlihatkan konsentrasi logam beracun yang 45 kali lebih tinggi daripada tingkat yang dapat diterima, menurut laporan tersebut.
“Sampah elektronik akan menjadi tantangan besar karena pertumbuhannya. Semua orang ingin komputer, laptop, peralatan elektronik, jadi hal ini merupakan puncak gunung es,” ujar direktor riset Blacksmit, Jack Caravanos.
Tempat-tempat lainnya dalam daftar ini adalah Hazaribagh di Bangladesh, delta Sungai Niger di Nigeria, bantaran Sungai Matanza-Riachuelo di Argentina, serta beberapa daerah industri di bekas Uni Soviet, serta kota penambangan timbal di Zambia, Kabwe.
Tidak seperti daftar sebelumnya yang diterbitkan 2007, yang didominasi oleh kota-kota di China dan India, kedua negara ini tidak masuk dalam daftar tahun ini karena ada gerakan cukup kuat untuk membersihkan pencemaran, menurut laporan tersebut. (AFP)