Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton bertemu dengan para pejabat Israel dan Palestina, Senin (16/7) untuk pembicaraan proses perdamaian dan perkembangan kawasan.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mengatakan situasi di Timur Tengah dan dunia Arab mendominasi pembicaraannya dengan sejumlah pejabat Israel di Yerusalem hari Senin.
Clinton berbicara kepada para wartawan setelah bertemu Presiden Israel Shimon Peres, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan sejumlah pejabat tinggi lain. Pagi harinya, ia melawat ke Tepi Barat untuk berbicara dengan Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad.
Diplomat tertinggi Amerika itu mengatakan solusi lewat negosiasi adalah satu-satunya cara mencapai perdamaian antara kedua pihak. Kata Clinton, Amerika dan dunia internasional akan terus memainkan peran konstruktif menuju tercapainya kesepakatan damai di Timur Tengah.
Sebelum mengunjungi Israel, Clinton telah bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada awal lawatannya selama hampir dua pekan. Menlu AS kemudian melanjutkan pembicaraan dengan para pemimpin Israel mengenai surat menyurat yang mereka lakukan karena proses perdamaian berjalan tanpa pembicaraan langsung.
Koresponden VOA Scott Stearns, yang menyertai perjalanan Clinton, mengatakan, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan kepada pers bahwa pemerintahan Obama harus terus mengupayakan tercapainya kesepakatan.
Clinton bertolak ke Yerusalem dari Mesir untuk membahas bantuan ekonomi Amerika dengan Presiden Mohamed Morsi dan Jenderal Mohamed Hussein Tantawi. Stearns mengatakan semua pertemuan Clinton di Israel akan membahas peran Mesir dalam perdamaian regional dan jaminan Morsi kepada Clinton bahwa pemerintah baru Mesir akan menghormati perjanjian perdamaian 1979 dengan Israel.
Pembicaraan itu juga akan mencakup perundingan yang masih berlangsung mengenai program nuklir kontroversial Iran. Iran melakukan kegiatan memperkaya uranium yang katanya untuk program riset kedokteran dan energi sipil, yang merupakan pembangkangan terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB. Negara-negara Barat menghendaki Iran agar menghentikan kegiatan pengayaan, yang mereka khawatirkan akan digunakan untuk membuat senjata nuklir.
Stearns mengatakan Departemen Luar Negeri menyebut hal ini momen penting bagi pembicaraan antara kelompok P5+1, yakni lima anggota tetap Dewan Keamanan plus Jerman, dan Iran.
Beberapa putaran pembicaraan tahun ini tidak menghasilkan kemajuan. Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memberlakukan sanksi-sanksi yang menarget ekspor minyak Iran. Wakil-wakil Uni Eropa berencana bertemu dengan para pejabat Iran pada 24 Juli untuk menentukan apakah masih ada landasan bersama untuk melanjutkan perundingan.
Menlu Clinton akan kembali ke Washington Selasa pagi, mengakhiri lawatan dua minggu ke sembilan negara di Eropa, Asia dan Timur Tengah.
Clinton berbicara kepada para wartawan setelah bertemu Presiden Israel Shimon Peres, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan sejumlah pejabat tinggi lain. Pagi harinya, ia melawat ke Tepi Barat untuk berbicara dengan Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad.
Diplomat tertinggi Amerika itu mengatakan solusi lewat negosiasi adalah satu-satunya cara mencapai perdamaian antara kedua pihak. Kata Clinton, Amerika dan dunia internasional akan terus memainkan peran konstruktif menuju tercapainya kesepakatan damai di Timur Tengah.
Sebelum mengunjungi Israel, Clinton telah bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada awal lawatannya selama hampir dua pekan. Menlu AS kemudian melanjutkan pembicaraan dengan para pemimpin Israel mengenai surat menyurat yang mereka lakukan karena proses perdamaian berjalan tanpa pembicaraan langsung.
Koresponden VOA Scott Stearns, yang menyertai perjalanan Clinton, mengatakan, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan kepada pers bahwa pemerintahan Obama harus terus mengupayakan tercapainya kesepakatan.
Clinton bertolak ke Yerusalem dari Mesir untuk membahas bantuan ekonomi Amerika dengan Presiden Mohamed Morsi dan Jenderal Mohamed Hussein Tantawi. Stearns mengatakan semua pertemuan Clinton di Israel akan membahas peran Mesir dalam perdamaian regional dan jaminan Morsi kepada Clinton bahwa pemerintah baru Mesir akan menghormati perjanjian perdamaian 1979 dengan Israel.
Pembicaraan itu juga akan mencakup perundingan yang masih berlangsung mengenai program nuklir kontroversial Iran. Iran melakukan kegiatan memperkaya uranium yang katanya untuk program riset kedokteran dan energi sipil, yang merupakan pembangkangan terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB. Negara-negara Barat menghendaki Iran agar menghentikan kegiatan pengayaan, yang mereka khawatirkan akan digunakan untuk membuat senjata nuklir.
Stearns mengatakan Departemen Luar Negeri menyebut hal ini momen penting bagi pembicaraan antara kelompok P5+1, yakni lima anggota tetap Dewan Keamanan plus Jerman, dan Iran.
Beberapa putaran pembicaraan tahun ini tidak menghasilkan kemajuan. Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memberlakukan sanksi-sanksi yang menarget ekspor minyak Iran. Wakil-wakil Uni Eropa berencana bertemu dengan para pejabat Iran pada 24 Juli untuk menentukan apakah masih ada landasan bersama untuk melanjutkan perundingan.
Menlu Clinton akan kembali ke Washington Selasa pagi, mengakhiri lawatan dua minggu ke sembilan negara di Eropa, Asia dan Timur Tengah.