Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mendesak Papua Nugini agar mengakhiri apa yang disebutnya “budaya kekerasan” terhadap perempuan, sewaktu ia melakukan lawatan singkat ke negara di Pasifik Selatan itu.
Clinton terbang menuju ibukota Papua Nugini, Port Moresby, hari Rabu, dari Malaysia, persinggahan sebelumnya dalam lawatan dua pekan ke Asia.
Dalam lawatan beberapa jam itu, Clinton mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Papua Nugini Michael Somare dan sekelompok aktivis hak perempuan. Menurut berbagai kelompok HAM, tingkat kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan dan remaja putri di Papua Nugini merupakan yang tertinggi di dunia.
Clinton mengatakan pemerintahan Obama sedang menyusun program untuk mengakhiri kekerasan, bekerjasama dengan kelompok-kelompok setempat dan perusahaan energi raksasa Exxon Mobil, investor penting di Papua Nugini. Somare membantah bahwa negaranya kejam terhadap perempuan, seraya menyebut laporan semacam itu berlebihan.
Clinton kemudian bertolak menuju persinggahan berikutnya, Selandia Baru.