Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton sedang dalam perjalanan menuju Rusia untuk menghadiri pertemuan para pemimpin Asia Pasifik.
Suratkabar resmi pemerintah Tiongkok telah memperingatkan Washington agar jangan menggunakan pertemuan puncak ekonomi tahunan itu untuk membahas perselisihan politik.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton berangkat hari Jumat ke pertemuan puncak APEC di kota timur jauh Rusia, Vladivostok, setelah menyelesaikan perlawatan 6 negara Asia yang sebagian besar membahas sengketa wilayah antara Tiongkok dan beberapa sekutu penting Amerika.
Pertemuan puncak Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik itu diperkirakan akan menonjolkan usaha menggairahkan kembali pertumbuhan ekonomi dunia dan kawasan Asia Pasifik. Forum APEC yang beranggotakan 21 negara itu berpenduduk 40 persen penduduk dunia, 54 persen produksi ekonomi dunia dan 44 persen perdagangan dunia.
Tetapi, sengketa di Laut China Selatan juga diperkirakan sebagai prioritas bagi Clinton yang tidak disenangi oleh Tiongkok.
Suratkabar Global Times yang dikuasai Partai Komunis hari Jumat mendesak Amerika agar jangan menggunakan pertemuan puncak itu untuk memajukan agenda politik seperti sengketa wilayah, dan mengatakan itu dapat menimbulkan perselisihan dan perpecahan.
Sengketa wilayah di Laut Cina Selatan termasuk topik utama dalam pertemuan para pejabat dan pemimpin ekonomi dari lebih 20 negara itu. Tiongkok mengklaim kedaulatan atas sekelompok pulau yang tak berpenduduk dan perairan sekelilingnya di kawasan maritim yang kaya sumber alam, di mana Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan mempunyai klaim yang bertentangan.
Sementara di Rusia, Clinton diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membicarakan pandangan mengenai bagaimana menghentikan pertumpahan darah di Siria dimana pasukan pemerintah melancarkan pertempuran melawan pemberontak. Amerika menghendaki tergulingnya Presiden Siria Bashar al-Assad, sementara Rusia menentang intervensi asing manapun.
Clinton datang ke Rusia dari Brunei, di mana dia mengadakan pembicaraan dengan Sultan Hassanal Bolkiah hari Kamis.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton berangkat hari Jumat ke pertemuan puncak APEC di kota timur jauh Rusia, Vladivostok, setelah menyelesaikan perlawatan 6 negara Asia yang sebagian besar membahas sengketa wilayah antara Tiongkok dan beberapa sekutu penting Amerika.
Pertemuan puncak Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik itu diperkirakan akan menonjolkan usaha menggairahkan kembali pertumbuhan ekonomi dunia dan kawasan Asia Pasifik. Forum APEC yang beranggotakan 21 negara itu berpenduduk 40 persen penduduk dunia, 54 persen produksi ekonomi dunia dan 44 persen perdagangan dunia.
Tetapi, sengketa di Laut China Selatan juga diperkirakan sebagai prioritas bagi Clinton yang tidak disenangi oleh Tiongkok.
Suratkabar Global Times yang dikuasai Partai Komunis hari Jumat mendesak Amerika agar jangan menggunakan pertemuan puncak itu untuk memajukan agenda politik seperti sengketa wilayah, dan mengatakan itu dapat menimbulkan perselisihan dan perpecahan.
Sengketa wilayah di Laut Cina Selatan termasuk topik utama dalam pertemuan para pejabat dan pemimpin ekonomi dari lebih 20 negara itu. Tiongkok mengklaim kedaulatan atas sekelompok pulau yang tak berpenduduk dan perairan sekelilingnya di kawasan maritim yang kaya sumber alam, di mana Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan mempunyai klaim yang bertentangan.
Sementara di Rusia, Clinton diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membicarakan pandangan mengenai bagaimana menghentikan pertumpahan darah di Siria dimana pasukan pemerintah melancarkan pertempuran melawan pemberontak. Amerika menghendaki tergulingnya Presiden Siria Bashar al-Assad, sementara Rusia menentang intervensi asing manapun.
Clinton datang ke Rusia dari Brunei, di mana dia mengadakan pembicaraan dengan Sultan Hassanal Bolkiah hari Kamis.