CPR dan AED Perbesar Peluang Hidup Korban Serangan Jantung

Sebuah studi di Jepang menunjukkan peluang hidup korban serangan jatung lebih besar jika digunakan CPR dan AED.

Ketika serangan jantung terjadi di luar rumah sakit, akibat yang sering terjadi adalah kematian. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa intervensi segera dengan menggunakan dua strategi meningkatkan peluang hidup korban serangan jantung,

Cara satu-satunya yang paling efektif untuk menyelamatkan nyawa seorang pasien serangan jantung adalah dengan resusitasi kardiopulmoner, CPR, kata Dr. Arthur Kellermann, Peneliti Senior Utama di Rand Corporation.

"CPR biasa mudah dipelajari, diingat dan dilaksanakan. Anda dapat menyelamatkan jiwa dengan CPR, hanya dengan cara menekan dada. Anda bahkan tidak perlu melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut."

Peralatan elektronik yang disebut alat kejut jantung otomatis, Automated External Defibrillators, AED, juga dapat membantu menyelamatkan nyawa korban serangan jantung.

"AED memungkinkan seseorang dengan pengetahuan nihil ataupun minim melakukan terapi kejut terhadap pasien dan berpotensi memicu kembali detak jantung korban," kata Dr. Kellerman. "Semakin cepat pasien mendapat terapi kejut, semakin besar kemungkinan jantung pasien kembali berdetak."

Meskipun secara klinis AED terbukti efektif, belum jelas apakah menempatkan peralatan ini di ruang publik, seperti sekolah, tempat kerja dan fasilitas olahraga akan meningkatkan peluang kelangsungan hidup masyarakat setelah terjadinya gagal jantung. Suatu kajian baru yang dikeluarkan Badan Manajemen Bencana dan Kebakaran di Jepang, menunjukkan hal demikian. Jumlah pasien serangan jantung yang selamat per tahun naik lebih dari tiga kali lipat ketika akses publik terhadap AED ditingkatkan.

Kajian di Jepang itu juga menunjukkan bahwa ketika CPR dan AED digunakan bersama-sama, peluang korban serangan jantung untuk selamat bertambah besar.

Dr. Kellerman menjelaskan, "Pertama, CPR berfungsi, dan ini terjadi di tingkat nasional. Kedua, penempatan strategis AED di lokasi-lokasi yang berisiko tinggi, di mana gagal jantung kemungkinan lebih banyak terjadi, dan seseorang dapat mengambil peralatan itu serta membawanya ke pasien, merupakan strategi yang cerdas dan melengkapi pelatihan CPR bagi masyarakat."

Kellerman menambahkan, ia berharap para pejabat kesehatan masyarakat memasukkan temuan-temuan ini sewaktu mereka mengembangkan strategi komunitas untuk meningkatkan kemungkinan kelangsungan hidup pasien yang mengalami serangan jantung di luar rumah sakit. Hasil kajian ini diterbitkan di New England Journal of Medicine.