Sebanyak 52 individu paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) ditemukan terdampar di pantai selatan Madura, Desa Patereman, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Sebanyak 51 individu paus pilot dalam kondisi mati, dan hanya satu individu yang masih bertahan hidup.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengkoordinasikan upaya penguburan bangkai paus pilot, dan penyelamatan paus pilot yang masih hidup untuk bisa dikembalikan ke habitatnya.
“Saya sedang minta dikirim eskavator ke sini, dua eskavator, tapi kan proses penguburannya juga harus menunggu air surut,” kata Khofifah Indar Parawansa.
I Made Jaya Ratha, dari Reef Check Indonesia/ Flying-Vet, yang terlibat dalam upaya penyelamatan paus pilot terdampar, mengatakan belum dapat memastikan penyebab terdamparnya puluhan paus pilot hingga perairan selatan Madura. Hasil nekropsi masih ditunggu untuk mengetahui penyebab terdamparnya puluhan paus pilot itu.
“Kita belum bisa konklusikan, karena saya juga belum dapat hasil nekropsi. Cuma memang ada beberapa dugaan apakah karena navigasi mereka terganggu, atau karena mereka cari mangsa sampai ke pinggir, karena kondisi arus akhirnya mereka terbawa ke pinggir, atau karena pimpinan kelompoknya ada yang sakit sehingga yang lainnya ikut terdampar," ujar I Made Jaya Ratha.
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso, memastikan nekropsi atau pembedahan pada bangkai satwa telah dilakukan untuk mencari penyebab satwa itu terdampar massal. Butuh waktu sekitar satu bulan untuk menyimpulkan hasil nekropsi.
BACA JUGA: 45 Paus Pilot Terdampar di Jatim, 3 Berhasil Diselamatkan“Untuk menjawab apa sih penyebabnya itu butuh waktu, mungkin kita butuh satu bulanan, karena ada beberapa sample tubuh, organ dalam, terus kemudian sonarnya benar atau tidak, nah itu (nekropsi) untuk menjawab itu,” terang Permana Yudiarso.
Meski belum mengetahui penyebab terdampar massal paus pilot di Pantai Bangkalan, Permana menyebut beberapa dugaan yang menyebabkan paus pilot terdampar. Pemimpin kelompok paus pilot yang sakit, serta kondisi laut yang tercemar, diduga menjadi penyebab fenomena paus pilot terdampar massal.
“Disorientasi itu bisa jadi indikasi laut kita itu tercemar, dari logam berat biasanya. Terus kemudian, yang kedua, disorientasi juga bisa disebabkan karena pemimpinnya itu sakit, jadi si paus ini kan pasti punya pemimpin, karena dia paus pilot ya ada satu pemimpinnya itu pasti sakit. Nah, sakitnya itu bisa jadi karena air kita sudah kotor, jelek, tercemar,” lanjut Permana.
Peneliti Mamalia Laut, di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rr. Sekar Mira, menegaskan pentingnya mengedukasi masyarakat mengenai mamalia laut yang terdampar dan sekaligus mendorong kepedulian bersama untuk menjaga kebersihan serta kelestarian laut. Penyadaran ini penting untuk menyelamatkan satwa laut yang terdampar.
“Masyarakat awam, mungkin yang perlu sekali disadarkan adalah bahwa satwa ini adalah mamalia laut. Jadi, mamalia laut yang bernapas dengan paru-paru," kata Sekar Mira.
Karena, lanjutnya, sering sekali masyarakat karena ketidaktahuannya malah mengguyurkan air ke dalam paus pilot dengan tujuan ingin menyelamatkan. Padahal tindakan tersebut malah dapat menyebabkan masuknya air ke lubang pernafasan paus.
Your browser doesn’t support HTML5
"Nah, itu sama saja menenggelamkan dia di darat. Sebenarnya suatu wawasan sesimpel bahwa oh ini mamalia laut, bukan ikan, itu sangat berharga untuk penyelamatan mamalia laut," tegas Sekar.
Paus pilot merupakan jenis mamalia laut yang dilindungi Undang-Undang, yang masuk daftar satwa dilindungi berdasarkan Permen LHK No. P.106 tahun 2018. Paus pilot juga termasuk dalam Appendix II CITES.
Selain di Bangkalan, kejadian paus pilot terdampar juga pernah terjadi di perairan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, di mana terdapat 32 individu paus pilot yang terdampar dan mati pada 2016.
Kejadian paus pilot terdampar juga pernah terjadi di perairan Kupang, Nusa Tenggara Timur, yakni sebanyak 60 kasus di tahun 2020. Cuaca ekstrem dengan tinggi gelombang laut mencapai 2 hingga 4,5 meter, diduga turut menjadi penyebab terdamparnya mamalia laut ini. [pr/em]