Himanshu Surve, mahasiswa pascasarjana University of Maryland asal India, mengatakan ia senang berinteraksi dengan para dosen dan sesama mahasiswa secara langsung dan bukannya melalui monitor komputer, seperti yang umum berlangsung semasa pandemi global COVID-19. Ia mengemukakan, “Kita bisa bertukar pikiran, kita bisa terhubung dengan mereka secara fisik, tahu kan… berbicara dengan mereka, tertawa bersama, menghabiskan waktu. Jadi, saya percaya kehadiran di kelas adalah yang terbaik, setidaknya bagi saya.”
Perasaan serupa dikemukakan mahasiswa tingkat satu di Marymount University Ayush Patel, juga dari India. Katanya, “Ketika kelas online dimulai, saya tidak begitu dapat menikmatinya karena saya sebenarnya orang yang ekstrovert, dan saya tidak suka layar [[komputer]]. Bagusnya sekarang saya tidak perlu melihat monitor apa pun lagi. Saya dapat berbicara dengan profesor saya, apa yang saya hadapi, apa keraguan saya.”
Tetapi mahasiswa tingkat 1 Marymount University Anujin Chandmani dari Mongolia mengatakan, ia sekarang ini menyukai kombinasi pembelajaran secara online dan tatap muka. Ia mengatakan, “Saya pikir pembelajaran dengan bertatap muka jauh lebih baik daripada secara online. Tetapi setelah pandemi, ketika saya mulai kuliah dengan datang ke kelas, saya merindukan atau sepertinya lebih suka belajar secara online.”
Your browser doesn’t support HTML5
Allana Taylor, yang mengawasi pusat konseling mahasiswa di Marymount University, Arlington, Virginia, mengatakan, karena pandemi, departemen yang ia pimpin mengembangkan sesi terapi daring untuk mahasiswa, yang ternyata disukai banyak orang. Ia mengemukakan, “Saya bisa katakan bahwa sekitar 40 persendari mahasiswa kami menyukai cara virtual. Mereka suka berbicara dengan seseorang dari kenyamanan rumah mereka sendiri, sesuai dengan jadwal mereka sendiri.”
Jody Heckman-Bose, yang membantu para mahasiswa asing untuk beradaptasi sewaktu kuliah di University of Maryland, mengatakan, ada dampak terkait pandemi terhadap pekerjaannya. Di antaranya memindahkan banyak layanan ke cara online. Ia menjelaskan, “Kami telah memindahkan banyak sumber daya kami untuk prakedatangan. Bagi saya, selama 23 tahun bekerja di universitas ini, ini merupakan semacam hadiah terbesar yang dapat kami berikan kepada mahasiswa … yakni benar-benar dapat menjangkau mereka sebelum mereka datang.”
Semua mahasiswa dan konselor yang diwawancarai VOA mengatakan, pendidikan tinggi pascapandemi menjadi berbeda sekarang ini, dengan lebih banyak layanan dan opsi belajar online yang tersedia. Dan bagi mereka itu bukan masalah, selama masih ada pilihan untuk belajar secara tatap muka.
Kemi Busari adalah mahasiswa doktoral asal Nigeria di University of Maryland, mengatakan, “Saya pikir penting sekali untuk berinteraksi secara fisik dengan para profesor, datang ke kampus. Lingkungan kampus sendiri merupakan sesuatu yang memotivasi kita.” [uh/ka]