Totalitas Daniel Day-Lewis dalam berakting telah mengganjarnya tiga piala Oscar dan menjadikannya aktor pertama yang meraih penghargaan sebanyak itu.
Aktor kelahiran Inggris Daniel Day-Lewis mendapat penghargaan sebagai Aktor Terbaik dalam Oscar 2013 yang diumumkan secara resmi Minggu malam (24/2), atau Senin pagi ini waktu Indonesia.
Day-Lewis, yang sebelumnya sudah dua kali memenangkan Oscar, kali ini menang berkat penampilannya dalam film “Lincoln” yang memotret kehidupan presiden ke-16 Amerika – Abraham Lincoln.
Lepas dari kepiawaian menerjemahkan sosok Lincoln, para kritikus juga dibuat terheran-heran dengan penampilan Daniel Day-Lewis dalam peran yang berbeda-beda.
“The Unbearable Lightness of Being” – film hasil adaptasi atas novel Milan Kundera – adalah film pertama dimana Day-Lewis menjadi pemeran utama. Ia memerankan tokoh Tomas – seorang dokter Cheznya. Untuk perannya ini, Day-Lewis mempelajari aksen Cheznya selama hampir satu tahun.
Totalitas Day-Lewis untuk mempersiapkan diri memerankan suatu tokoh memang tidak diragukan. Untuk film “My Left Foot” pada 1989, Daniel menolak meninggalkan kursi roda yang dipergunakannya dan memaksa kru film untuk membopongnya kemana-mana bersama kursi rodanya. Kerja kerasnya terbayar ketika ia memenangkan Oscar pertamanya//
Kemudian Day-Lewis memperoleh nominasi kedua untuk film “In the Name of the Father” pada 1993, sebagai pencuri yang dikaitkan peledakan sebuah pub di London oleh kelompok IRA.
Oscar kedua diraihnya dalam film “There Will Be Blood” pada 2008. Ia mempersiapkan diri selama dua tahun untuk mempelajari peran itu dan terbukti dengan penampilannya yang sangat luar biasa.
Kini, lima tahun kemudian, Oscar kembali diberikan pada Day-Lewis atas totalitasnya memainkan tokoh presiden ke-16 Amerika, Abraham Lincoln.
Banyak pengamat mengatakan selain karena permainannya dalam “Lincoln” memang tak tertandingi, aktor yang menjadi pesaingnya untuk merebut aktor terbaik kali ini -- Denzel Washington dalam “Flight”, Hugh Jackman dalam “Les Miserables”, Bradley Cooper dalam “Silver Lining Playbook” dan Joaquin Phoenix dalam “The Master” -- bermain aman.
Day-Lewis, yang sebelumnya sudah dua kali memenangkan Oscar, kali ini menang berkat penampilannya dalam film “Lincoln” yang memotret kehidupan presiden ke-16 Amerika – Abraham Lincoln.
Lepas dari kepiawaian menerjemahkan sosok Lincoln, para kritikus juga dibuat terheran-heran dengan penampilan Daniel Day-Lewis dalam peran yang berbeda-beda.
“The Unbearable Lightness of Being” – film hasil adaptasi atas novel Milan Kundera – adalah film pertama dimana Day-Lewis menjadi pemeran utama. Ia memerankan tokoh Tomas – seorang dokter Cheznya. Untuk perannya ini, Day-Lewis mempelajari aksen Cheznya selama hampir satu tahun.
Totalitas Day-Lewis untuk mempersiapkan diri memerankan suatu tokoh memang tidak diragukan. Untuk film “My Left Foot” pada 1989, Daniel menolak meninggalkan kursi roda yang dipergunakannya dan memaksa kru film untuk membopongnya kemana-mana bersama kursi rodanya. Kerja kerasnya terbayar ketika ia memenangkan Oscar pertamanya//
Kemudian Day-Lewis memperoleh nominasi kedua untuk film “In the Name of the Father” pada 1993, sebagai pencuri yang dikaitkan peledakan sebuah pub di London oleh kelompok IRA.
Oscar kedua diraihnya dalam film “There Will Be Blood” pada 2008. Ia mempersiapkan diri selama dua tahun untuk mempelajari peran itu dan terbukti dengan penampilannya yang sangat luar biasa.
Kini, lima tahun kemudian, Oscar kembali diberikan pada Day-Lewis atas totalitasnya memainkan tokoh presiden ke-16 Amerika, Abraham Lincoln.
Banyak pengamat mengatakan selain karena permainannya dalam “Lincoln” memang tak tertandingi, aktor yang menjadi pesaingnya untuk merebut aktor terbaik kali ini -- Denzel Washington dalam “Flight”, Hugh Jackman dalam “Les Miserables”, Bradley Cooper dalam “Silver Lining Playbook” dan Joaquin Phoenix dalam “The Master” -- bermain aman.